We may not be able to prepare the future for our children, but we can at least prepare our children for the future.
Franklin D. Roosevelt

Manajemen Laktasi dapat Dimulai Sebelum Menyusui, Bun!

author
Ruth Sinambela
Selasa, 21 Februari 2023 | 15:00 WIB
Dukungan dan perhatian para ayah sangat dibutuhkan saat fase menyusui | Shutterstock

Dapat mencukupi kebutuhan ASI (Air Susu Ibu) pada buah hati tentu menjadi salah satu hal yang didambakan oleh para ibu, baik ibu baru maupun ibu yang sudah beberapa kali menyusui. Meski demikian harus diakui kalau tidak semua ibu dapat memberikan ASI secara maksimal pada buah hatinya karena berbagai keadaan yang mungkin berbeda bagi setiap orang.

Bagaimana pun, semakin berkembangnya ilmu pengetahuan sekarang ini memberikan banyak jalan maupun kesempatan bagi para ibu khususnya dalam mengupayakan terpenuhinya kebutuhan ASI bagi buah hatinya. Salah satunya adalah dengan manajemen laktasi.

Baca Juga: Pentingnya Edukasi dan Dukungan untuk Para Bunda Saat Fase Menyusui

Pengertian manajemen laktasi

Manajemen laktasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam menyusui, Bun. Apabila memungkinkan, ada baiknya kalau Bunda mendapatkan saran-saran dengan berkonsultasi pada dokter ahli laktasi, karena dengan demikian tentu hasil yang diharapkan pun kemungkinan besar akan lebih baik. Namun bukan berarti manajemen laktasi tidak bisa dilakukan di rumah. Semua Bunda pasti bisa mempelajari dan mempraktikkan manajemen laktasi sendiri di rumah, kok!

Untuk itu, yang pertama kali harus Bunda sadari adalah manajemen laktasi sebaiknya dilakukan sejak awal kehamilan. Bagaimana? Yaitu dengan terlebih dahulu mengetahui anatomi payudara dan bagaimana payudara menghasilkan ASI. 

Para ahli meyakini kalau hal ini akan sangat membantu Bunda memahami bagaimana proses kerja menyusui yang pada akhirnya dapat membantu Bunda berhasil menyusui secara eksklusif. Selain itu, mengetahui pentingnya peran hormon dalam fase menyusui, hingga bagaimana perlekatan dan posisi menyusui yang baik juga akan sama-sama kita pelajari di sini!

IMD Memungkinkan Kegiatan MengASIhi Bunda dan Si Kecil Selanjutnya Berjalan Lancar | Shutterstock

Mengenal anatomi payudara

  • Areola, yaitu daerah berwarna gelap yang mengelilingi puting susu. Pada areola terdapat kelenjar-kelenjar kecil yang disebut kelenjar Montgomery, menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kesehatan kulit di sekitar areola.
  • Alveoli, yaitu kantong penghasil ASI yang berjumlah jutaan. Hormon prolaktin mempengaruhi sel alveoli untuk menghasilkan ASI. 
  • Duktus laktiferus, yaitu saluran kecil yang yang berfungsi menyalurkan ASI dari alveoli ke sinus laktiferus (dari pabrik ASI ke gudang ASI).
  • Sinus laktiferus, yaitu saluran ASI yang melebar dan membentuk kantung di sekitar areola yang berfungsi untuk menyimpan ASI.
  • Jaringan lemak dan penyangga, yaitu jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus yang menentukan besar kecilnya ukuran payudara. Yang harus dipahami, payudara kecil atau besar mempunyai alveoli dan sinus laktiferus yang sama, Bun. Sehingga dapat menghasilkan ASI sama banyak.

Baca Juga: Merasa ASI Tak Maksimal, Cek Pelekatan Menyusui yang Tepat Ini

Pentingnya peran hormon oksitosin dan prolaktin

Hormon oksitosin serta prolaktin merupakan dua hormon yang paling mempengaruhi produksi ASI, Bun. Maka apa yang bisa Bunda lakukan untuk memaksimalkan kedua hormon tersebut?

  • Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit setelah bayi mengisap ASI, sehingga prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan untuk minum yg sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada. Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus), makin banyak produksi ASI.
  • Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar. 
  • Oksitosin sangat dipengaruhi oleh perasaan Bunda, lho. Rasa sedih dan cemas dipercaya oleh para ahli dapat menurunkan produksi ASI. Begitu pula sebaliknya, rasa sayang, celoteh maupun tangisan bayi, dan dukungan Ayah terbukti dapat meningkatkannya.

Posisi tubuh yang baik untuk menyusui si kecil

  • Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)
  • Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)
  • Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi
  • Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik
  • Ada kontak mata antara ibu dengan bayi
  • Pegang belakang bahu jangan kepala bayi
  • Kepala terletak di lengan bukan di daerah siku

Para Ayah dapat mulai memberikan pijat oksitosin untuk persiapan mengASIhi sejak masih dalam masa kehamilan, lho! | Shutterstock

Perlekatan yang baik

Selain posisi menyusui yang baik, perlekatan yang benar pun akan sangat mempengaruhi produksi ASI, Bun. Karena itulah penting untuk memastikan kalau perlekatan si kecil pada puting payudara Bunda sudah benar, ya! Berikut ini merupakan tanda perlekatan yang dilakukan si kecil sudah benar, Bun:

  • Dagu menyentuh payudara
  • Mulut terbuka lebar
  • Bibir bawah terputar keluar
  • Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian bawah
  • Tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu

Baca Juga: Segera Temui Konselor Laktasi Jika Mengalami ini

Manajemen laktasi pada dasarnya merupakan cara Bunda sebagai seorang ibu, menyadari betul bagaimana ASI dapat diproduksi dengan baik serta apa-apa saja yang penting untuk diperhatikan agar ASI dapat diproduksi semaksimal mungkin.

Untuk bisa memulainya sejak trimester ketiga kehamilan, Bunda dan Ayah dapat mulai mempersiapkan diri dengan memahami betul apa itu menyusui dan bagaimana sebaiknya menyusui dilakukan agar Bunda dapat memproduksi ASI dengan maksimal. Semangat!

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi