Pemberian vaksin difteri yang tidak lengkap merupakan salah satu faktor utama terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri di Garut, jawa Barat. Hal ini disampaikan pula oleh Bupati Garut, Bapak Rudy Gunawan, dimana KLB difteri hingga kini telah menyebabkan 8 orang meninggal dunia.
Difteri sendiri merupakan penyakit infeksi menular yang diakibatkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Gejala umumnya adalah batuk akut yang terkadang menimbulkan suara “grok grok”, Bun. Difteri dapat menular lewat percikan air liur juga lewat luka terbuka.
Baca Juga: Penyakit Infeksi yang Paling Sering Menyerang Anak dan Pencegahannya
Gejala infeksi difteri
- Tenggorokan dilapisi selaput tebal berwarna abu-abu
- Radang tenggorokan dan serak
- Pembengkakan kelenjar pada leher
- Masalah pernapasan dan sulit menelan
- Cairan pada hidung
- Demam dan menggigil
- Batuk keras, biasanya menimbulkan suara “grok”
- Perasaan tidak nyaman
- Perubahan pada penglihatan
- Bicara yang melantur
- Tanda-tanda shock, seperti kulit yang pucat dan dingin, berkeringat dan jantung berdebar cepat.
Jadwal vaksin difteri anak
Meski dapat menyebabkan keparahan hingga kematian, penyakit difteri sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian vaksin atau imunisasi difteri lengkap pada anak.
Catat waktu pemberian vaksin difteri pada anak berikut ini:
- 3X vaksin DPT sebelum anak berusia 3 tahun.
- 2X vaksin ulangan saat anak berusia 1-5 tahun.
- Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) untuk usia 5-7 tahun.
- Vaksin ulangan setiap 10 tahun sekali.
Baca Juga: Berbagai Penyakit Berbahaya Ini Dapat Dicegah dengan Imunisasi Dasar Lengkap lho, Bun!
Betapa pentingnya imunisasi bagi kesehatan anak ya, Bunda. Jangan sampai si kecil terlambat apalagi sampai tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai dengan usianya.
Kurangnya pengetahuan mengenai imunisasi
Melansir dari Detik.com, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, ikut mengomentari perihal KLB yang sudah ditetapkan di Garut, Bun. Beliau menyebutkan kalau salah satu faktor munculnya kasus difteri bahkan hingga menyebabkan korban meninggal ini adalah kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya di Desa Sukahurip Kecamatan Pangatikan, mengenai pentingnya imunisasi dasar lengkap (IDL) saat usia balita.
Masih tabunya persoalan vaksinasi di wilayah terjangkit, dinamika sosial yang berkembang mengenai vaksinasi, hingga adanya tokoh masyarakat yang memberikan imbauan atau pandangan yang kurang bijaksana mengenai vaksinasi, merupakan beberapa alasan yang pada akhirnya mendorong masyarakat untuk tidak memberikan imunisasi pada anak-anaknya, Bun.
Bahaya penyakit infeksi difteri
Bagaimana difteri dapat menyebabkan 8 orang meninggal di Garut, masih menurut Bapak Gubernur Ridwan Kamil, sampai saat ini masih dalam tahap penyelidikan. Namun kemungkinan besar hal tersebut dapat terjadi akibat racun yang dikeluarkan oleh bakteri penyebab difteri, yaitu Corynebacterium Diphteriae yang kemudian mengalami keparahan, hingga menyerang jantung.
Selain itu dalam beberapa kasus, infeksi difteri juga dapat menyebabkan infeksi nasofaring hingga mengakibatkan sulit bernapas hingga kematian.
Baca Juga: Pneumonia Masih Mengintai. Pastikan Si Kecil Sudah Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap, Bun!
Sayangnya, difteri merupakan salah satu penyakit yang mudah menular dan sulit dicegah penularannya, meskipun seseorang telah menjalankan pola hidup sehat dengan menjaga kebersihan dan mengonsumsi makanan bernutrisi.
Faktanya hal tersebut seringkali tidak cukup dalam pencegahan infeksi difteri lho, Bun. Namun kabar baiknya, para ahli meyakini kalau pencegahan yang paling efektif untuk mencegah infeksi difteri adalah imunisasi.