Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien yang paling sering terjadi pada anak di seluruh dunia, Bun. Selain itu bagi negara berkembang termasuk Indonesia, ADB bahkan dinilai lebih berisiko dan tinggi angka kasusnya.
Penyebab utama ADB sendiri adalah kurangnya zat besi di dalam tubuh anak. Apabila dibiarkan atau terlambat diatasi, kondisi ini dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan kecerdasan, juga memengaruhi fungsi tubuh secara normal.
Baca Juga: Waspada, 4 Bahaya Anemia Saat Kehamilan
Penyebab
Berikut ini merupakan penyebab anemia defisiensi besi pada anak, menurut WHO:
- Cadangan besi rendah saat lahir karena anemia pada ibu
- Pemberian ASI non-eksklusif
- Pengenalan makanan pendamping ASI yang tidak tepat dan terlalu dini, sehingga berpotensi mengakibatkan berkurangnya asupan ASI, asupan zat besi yang tidak mencukupi, dan peningkatan risiko infeksi usus
- Terlambat memperkenalkan makanan pendamping yang kaya zat besi
- Jumlah zat besi tidak mencukupi dalam makanan, serta bioavailabilitas rendah dari zat besi makanan (misalnya zat besi non-hem)
- Peningkatan kebutuhan zat besi tidak terpenuhi berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat selama masa bayi dan masa kanak-kanak
- Kehilangan zat besi karena beban parasit, misalnya malaria atau cacingan
- Sanitasi lingkungan yang buruk, air minum yang tidak aman, dan personal hygiene yang tidak memadai
Tahapan ADB
ADB biasanya akan mempengaruhi kondisi kesehatan anak secara bertahap, Bun. Tahapan ini nantinya dapat terlihat dari hasil pemeriksaaan laboratorium yang dilakukan sesuai saran dokter anak.
Nantinya dokter lah yang akan membaca hasil pemeriksaan dan menggolongkannya sesuai dengan stadium kekurangan zat besi, yaitu:
- Stadium I: Deplesi cadangan besi (penurunan kadar Feritin).
- Stadium II: Defisiensi besi tanpa anemia (penurunan SI dan TIBC).
- Stadium III: Anemia defisiensi zat besi (penurunan Hb, MCV, Ht).
Faktor risiko ADB
Lebih rentan dialami oleh anak daripada orang dewasa, ADB paling sering dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko berikut ini:
- Kelahiran prematur atau berat badan rendah.
- Penyakit kronis yang dimiliki anak.
- Anak dengan berat badan berlebih atau obesitas.
- Kurang mendapatkan asupan nutrisi dan gizi saat MPASI.
Baca Juga: Rekomendasi Dosis Suplemen Zat Besi untuk Anak Menurut IDAI
Dampak ADB bagi tumbuh kembang anak
Pada dasarnya fungsi zat besi yang paling penting bagi tumbuh kembang anak adalah untuk perkembangan sistem dan metabolisme saraf yang sangat penting dan diperlukan untuk fungsi kognitif juga tingkah laku dan pertumbuhan bayi. Selain itu zat besi juga merupakan sumber energi bagi otot, sehingga kekurangan zat besi akan mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan bekerja anak, terutama pada remaja.
Berikut ini dampak ADB lainnya bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak, seperti dilansir dari Bethesda.or.id:
- Menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
- Gangguan pertumbuhan organ tubuh akibat oksigenasi ke jaringan berkurang
- Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi.
- Besi juga merupakan sumber energi bagi otot sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan menurunkan daya konsentrasi dan prestasi belajar pada anak
Bahayanya, apabila ADB tidak ditangani secara tepat dampaknya dapat menjadi permanen, Bun!
Gejala ADB
Melansir dari Halodoc, anak-anak yang memiliki kondisi ADB biasanya akan mengalami penurunan nafsu makan. Selain itu, ADB juga akan menimbulkan dampak berikut:
- Mudah lelah
- Mudah sakit
- Kepala pusing atau berkunang-kunang
- Denyut jantung yang cepat
- Kulit terlihat pucat, terutama di sekitar tangan, kuku, dan kelopak mata
- Anak menjadi lebih rewel
Baca Juga: Pentingnya Zat Besi Bagi Anak, Daging Merah Bisa Jadi Pilihan
Penyakit ADB hingga kini masih sering ditemui di berbagai wilayah di Indonesia, Bunda. Karena itu lah kesadaran masyarakat untuk mencukupi kebutuhan nutrisi seimbang, khususnya zat besi, bagi anak bahkan saat masih di dalam kandungan, sangat dibutuhkan.
Namun apabila buah hati Bunda di rumah terpantau memiliki gejala ADB, tidak perlu panik, ya. Yang terpenting segeralah membawa si kecil ke dokter anak agar ia bisa mendapatkan terapi yang cepat dan tepat.