Seluruh umat Hindu di Indonesia tengah merayakan Hari Raya Nyepi tepat hari ini, Rabu (22/3/2023). Hari dimana umat Hindu akan menyepi seharian penuh di dalam rumah dan tidak melakukan aktivitas di luar rumah, Bun. Tahukah Bunda makna mendalam yang menyertai ibadah Nyepi ini?
Catur Brata Penyepian
Melansir dari Kompas.com, Dosen Antropologi Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Dr Nanang Sutrisno menjelaskan bahwa larangan keluar rumah saat Nyepi berkaitan dengan Catur Brata Penyepian.
Baca Juga: Sumber Kebahagiaan Bunda, Keinginan untuk Dihargai dan Diapresiasi sebagai Seorang Ibu
Catur Brata Penyepian merupakan kewajiban utama yang harus dijalankan oleh umat Hindu saat Hari Raya Nyepi. Catur Brata Penyepian terdiri dari 4 hal:
- Amati Geni yaitu tidak menyalakan api
- Amati Karya yaitu tidak bekerja
- Amati Lelungan yaitu tidak bepergian
- Amati Lelanguan yaitu tidak menikmati kesenangan indrawi
Hari Raya Nyepi di Bali
Memiliki makna yang dalam, bagi umat Hindu, Catur Brata Penyepian merupakan wujud kesakralan ibadah dalam mendekatkan diri dengan Yang Mahakuasa sambil mengintrospeksi diri untuk bisa menjadi sosok yang lebih baik lagi.
Umat Hindu akan melaksanakan aktivitas-aktivitas rohani, seperti berpuasa dan meningkatkan kualitas ibadah selama Nyepi berlangsung. Meskipun kembali lagi, kalau ibadah tersebut pada akhirnya tergantung dengan kesadaran religius masing-masing orang.
Namun khusus umat Hindu yang tinggal di Bali, menjalankan Nyepi telah menjadi tradisi yang juga harus dihormati oleh seluruh masyarakat yang tinggal di sana, Bun. Dimana kesepakatan ini telah dijalankan bertahun-tahun dan dipatuhi sebagai kesepakatan yang dihasilkan dari konsensus bersama pemerintah, ahli agama, serta masyarakat lintas agama di Bali. Yaitu dalam wujud larangan beraktivitas di luar rumah selama 24 jam, yang dimulai sejak pukul 06.00 WIT hingga berakhir keesokan harinya di waktu yang sama.
Baca Juga: Tak Hanya Kurang Istirahat, 5 Hal Ini Bisa Bikin Bunda Mudah Lelah
Makna Perayaan Hari Raya Nyepi
Pada dasarnya, Hari Raya Nyepi merupakan rangkaian perayaan Tahun Baru Saka bagi umat Hindu. Dimana Tahun Saka sendiri berasal dari masyarakat Hindu yang bermukim di lembah Sungai Sindhu, yang sekarang lebih dikenal dengan nama Sungai Indus, India.
Dimana pada 78 masehi saat masa pemerintahan Raja Kaniska I, masyarakat di lembah Sungai Indus mengubah tatanan masyarakat menjadi penuh kedamaian, dari sebelumnya berlangsung perang terus menerus. Keberhasilan inilah yang kemudian menginspirasi dan menjadi tonggak sejarah peringatan tahun baru Saka oleh umat Hindu.
Di Bali sendiri, suasana hening merupakan simbol evaluasi diri yang dilakukan seharian penuh, dengan menarik diri dari kenyamanan duniawi dan indrawi, Bun. Dengan demikian umat Hindu diharapkan dapat terlahir kembali sebagai sosok yang bersih dan suci, yaitu lewat menjalankan Catur Brata Penyepian atau disebut juga sebagai Penyucian Bhuana Alit.
Barulah selanjutnya umat Hindu akan menjalankan ibadah penyucian Bhuana Agung yaitu dengan dengan melaksanakan upacara Melasti di laut atau sumber air suci, yang juga merupakan simbolis untuk menghanyutkan semua kekotoran dunia dan penderitaan manusia ke laut, serta memohon tirta amerta atau kehidupan kepada Dewa Baruna sebagai penguasa laut, agar manusia dianugerahkan hidup rukun, damai, panjang umur, dan sejahtera.
Baca Juga: Sejarah FOMO dan Dampak Negatifnya bagi Kesehatan Mental
Tim Kanya mengucapkan Selamat Menjalankan Hari Raya Nyepi bagi seluruh umat Hindu di Indonesia dan di mana pun berada. Semoga perayaan Nyepi tahun ini membawa kesucian dan kebaikan bagi seluruh umat Hindu di dunia, khususnya di Indonesia.
Rahajeng Rahina Nyepi. Dumogi Ida Sang Hyang Widhi Wasa mapaica kerahayuan lan kerahajengan. Selamat Hari Raya Nyepi Saka 1945, Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan keberkahan dan keselamatan.