When I come home, my daughter will run to the door and give me a big hug, and everything that’s happened that day just melts away.
Hugh Jackman

3 Perubahan Emosional yang Wajar namun Perlu Diantisipasi pada Ibu Baru

author
Ruth Sinambela
Selasa, 11 April 2023 | 10:46 WIB
Kesehatan Mental pada Ibu yang Baru Melahirkan Sangat Penting untuk Diperhatikan | Shutterstock

Menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah bagi sebagian orang, meskipun tak dapat dipungkiri kalau menjadi seorang ibu juga merupakan anugerah yang paling membahagiakan.

Banyaknya perubahan yang harus diantisipasi, mulai dari waktu untuk diri sendiri yang semakin berkurang, kelelahan fisik yang terkadang juga bersamaan dengan kelelahan mental, hingga perubahan fisik yang biasanya agak sulit diterima. Perubahan-perubahan ini terkadang menjadikan peran sebagai ibu baru tidak selalu menyenangkan. 

Maka para ibu, terutama ibu baru, sangat membutuhkan perhatian dan support khusus dari orang-orang di sekitarnya. Bahkan para ahli juga berpendapat demikian lho, Bun! Wajib hukumnya seorang ibu memiliki support system yang baik khususnya dari keluarga terdekat.

Baca Juga: Manfaat Mewarnai, Terapi Seni yang Baik untuk Kesehatan Mental Bunda juga Si Kecil

Waspadai perubahan emosional ibu

Perubahan emosional yang wajar terjadi adalah ketika seorang perempuan mendapatkan peran baru sebagai seorang ibu, namun hal tersebut tidak sampai menimbulkan masalah berlarut-larut atau hanya menjadi keluhan beberapa saat tanpa menimbulkan kerugian.

Contohnya, ada saatnya ibu baru menuntut ingin ini dan itu, kelelahan, sakit kepala, atau marah-marah pada pasangan sambil menangis. Namun pada saat itu ia masih menyadari bahwa perubahan emosional ini merupakan hal yang “tidak baik” dan jangan sampai merugikan orang lain, khususnya si kecil dan dirinya sendiri. Ia juga masih bisa mengatasinya dengan mengambil waktu sejenak dan menenangkan diri. Maka, perubahan emosional tersebut masih bersifat wajar, tidak akan berlarut-larut, dan segera bisa diatasi.

Perasaan gagal atau tidak cukup baik sebagai ibu baru merupakan hal yang wajar namun harus tetap dia | Shutterstock

Jangan disepelekan namun diawasi

Meski demikian, bukan berarti Bunda juga boleh menyepelekan tanda-tanda perubahan emosional yang mulai tampak. Bahkan pasangan pun sebaiknya dapat menyadari perubahan-perubahan emosional tersebut dan mengawasinya.

Dikhawatirkan apabila tidak diatasi dengan tepat dan cepat, perubahan emosional ibu baru bisa meluas dan menjadi serius seperti depresi, postpartum psychosis, atau gangguan kesehatan mental lainnya.

Berikut ini merupakan 3 kondisi perubahan emosional yang bisa menyebabkan gejala-gejala lanjutan dan perlu diawasi ya, Bunda dan Ayah.

Sindrom baby blues

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh banyak ahli, 80% ibu baru disebut-sebut mengalami fase baby blues. Pada kasus normal, baby blues biasanya akan berakhir setelah setelah 3-7 hari, Bun. Meski demikian baby blues harus selalu diawasi. Jadi apabila baby blues yang Bunda rasakan tidak kunjung hilang dan malah semakin memburuk, Bunda dan Ayah bisa segera mencari bantuan dari ahlinya.

Baca Juga: Baby Blues Syndrome Jangan Dibiarkan Berlarut-larut, Kenali dan Segera Atasi!

Fase menyesuaikan diri

Pada fase ini seorang ibu baru seharusnya mempelajari banyak hal sambil menyesuaikan diri dengan rutinitas yang baru. Karena itulah sangat penting bagi calon ibu untuk memiliki usia yang cukup, serta fisik dan mental yang siap sebelum memutuskan untuk hamil.

Cuti melahirkan juga sangat dibutuhkan sebagai waktunya para ibu menyesuaikan diri dengan tenang tanpa diganggu pekerjaan. Pada waktu ini Bunda sebaiknya ditemani oleh keluarga terdekat misalnya orang tua, untuk bisa membantu dan mengajarkan Bunda banyak hal baru dalam mengurus bayi.

Dukungan dan perhatian para ayah dan keluarga serumah lainnya sangat dibutuhkan oleh ibu baru | Shutterstock

Harus diakui, setiap ibu baru bisa menghadapi kondisi yang berbeda-beda dan mungkin sekali  memengaruhi kondisi mentalnya di masa-masa penyesuaian. Apabila Bunda merasa kewalahan saat menjalani fase menyesuaikan diri setelah melahirkan dan menjadi ibu, segeralah cari bantuan dari ahlinya.

Kecemasan

Berbagai kecemasan dapat timbul karena kurangnya dukungan dari orang-orang di sekitar dalam membantu Bunda menjalani masa-masa awal sebagai ibu baru.

Beberapa contoh kecemasan yang seringkali menjadi serius apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, misalnya:

  • Merasa tidak memiliki ikatan yang kuat dengan si kecil.
  • Merasa tidak mampu merawat si kecil dengan baik.
  • Merasa tidak mampu menjadi seorang ibu.
  • Merasa tidak layak karena tidak bisa menyusui atau mengASIhi bayi.
  • Merasa tidak bisa menyelesaikan apa pun dengan baik dan menyalahkan diri sendiri.

Baca Juga: 5 Hal yang Bikin Cemas New Mom Setelah Melahirkan Tapi Sebenarnya Hal Wajar

Membandingkan diri apalagi memaksakan diri dalam menjalani peran sebagai ibu baru sebaiknya dihindari. Setiap ibu sejatinya membutuhkan support system untuk bisa menjadi versi terbaik bagi dirinya dan buah hatinya. 

Tidak ada satu pun ibu yang langsung terlahir sebagai seorang ibu yang andal, Bun. Semuanya membutuhkan persiapan, belajar, dan proses. Karena itu teruslah yakinkan diri sendiri dan tumbuhkan semangat, karena setiap Bunda hebat.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi