When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

Kapan Waktu yang Tepat untuk Menyapih Anak?

author
Ruth Sinambela
Kamis, 13 April 2023 | 12:39 WIB
Menyapih akan berjalan dengan baik apabila Bunda dan si kecil sudah benar-benar siap | Shutterstock

WHO merekomendasikan anak menyusu ASI hingga usia 2 tahun dan setelah itu masuk ke fase penyapihan. Alasannya, karena setelah usia 2 tahun anak membutuhkan lebih banyak nutrisi dari makanan padat untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya.

Namun pada banyak kasus, ibu harus memperpanjang masa menyusui bahkan hingga usia anak 3 tahun karena kesulitan menyapih. Tenang Bun, hal ini wajar terjadi, kok, karena menyapih anak memang bukan perkara mudah dan tidak ada patokan waktu yang paling tepat untuk menyapih anak.

Jadi, ibu sebaiknya tidak tergesa-gesa menyapih anak apabila memang belum menemukan waktu yang tepat. Dan jika anak telah menunjukkan kesiapan pun, sapihlah anak dengan cara-cara yang positif tanpa menggunakan cara yang kesannya menakut-nakuti. 

Baca Juga: Menyapih Anak Tanpa Drama

Kesiapan Mental Ibu

Para ahli sepakat bahwa keputusan untuk menyapih sebaiknya tidak didasari oleh keinginan dari satu pihak saja, namun harus dari kedua belah pihak, yaitu ibu dan anak. 

Namun yang juga banyak terjadi, ibu biasanya akan sulit untuk melepas si kecil dan justru maju-mundur dalam menyapih anak karena merasa tidak tega, sehingga hal ini bisa membuat anak bingung. Maka ketika Bunda sudah memutuskan untuk menyapih, mulailah dengan mempersiapkan mental dan keyakinan Bunda, untuk selanjutnya bisa menjalankan proses menyapih dengan konsisten.

Anak menangis saat mulai disapih adalah hal yang wajar Bun. Harus siap menghadapinya, ya! | Shutterstock

Ciri-Ciri Anak Siap Disapih

Selain mempersiapkan mental Bunda, ada beberapa hal atau kebiasaan si kecil yang bisa Bunda perhatikan sebagai tanda bahwa ia sudah siap disapih.

  • Dapat diajak bicara mengenai alasan Bunda harus menyapihnya.
  • Memahami dengan caranya sendiri kalau ia sudah mulai besar dan sudah tidak perlu menyusu dari Bunda lagi.
  • Si kecil sudah mulai tidak tertarik saat menyusu di payudara Bunda.
  • Seringkali tetap rewel meski sudah menyusui.
  • Lebih cenderung bermain dengan payudara Bunda, daripada menyusu.
  • Tidak lagi mengisap ASI.
  • Waktu menyusui lebih pendek dari biasanya.
  • Mudah terganggu perhatiannya oleh hal lain saat sedang menyusu.

Baca Juga:  Anak Menangis, Begini Cara Mengatasinya

Langkah-Langkah Menyapih anak

Setiap Bunda pasti akan memiliki cara maupun metode yang berbeda untuk menyapih buah hatinya. Karena itulah, tak perlu memaksakan apabila sebuah cara ternyata tidak cocok dan tidak berhasil diterapkan pada si kecil, Bun. 

Menemani anak tidur sambil menyapih dapat membuat anak merasa lebih nyaman | Shutterstock

Beberapa langkah menyapih si kecil yang bisa Bunda coba:

  • Pastikan kalau anak sudah siap.
  • Sounding sangat penting, Bun. Teruslah mengulang-ulang informasi kalau sebentar lagi Bunda sudah tak bisa menyusui si kecil beserta alasan masuk akal yang dapat dipahaminya.
  • Mulailah perlahan, dengan tidak menyusui si kecil di siang hari.
  • Pastikan si kecil sudah kenyang sebelum pergi tidur di malam hari.
  • Ketika Bunda sudah yakin dan siap mental untuk menyapih, Bunda harus siap pula untuk menahan diri setiap kali mendapati rengekan si kecil, ya.

Baca Juga: Rasa Nyeri saat Menyusui, Mengapa dan Bagaimana Mengatasinya?

Jadi tidak perlu khawatir jika memasuki usia 2 tahun si kecil masih belum berhasil disapih. Terpenting, pastikan asupan makanan padatnya cukup dan bergizi. Pantau pula status gizi si kecil (tinggi dan berat badan), dan segeralah berkonsultasi ke dokter jika ada keluhan.

Yuk, jalani fase menyapih yang positif dan berkesan bagi ibu juga si buah hati. Selamat mencoba!

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi