Membantu si kecil belajar merespons kemarahan dan emosi negatif lainnya dengan tepat tentu akan berdampak positif pada kehidupan mereka di rumah dan di sekolah, Bun. Namun, bukan berarti hal ini merupakan hal yang mudah untuk dilakukan.
Selain itu, merespon kemarahan anak sebaiknya dilakukan dengan bijaksana agar jangan sampai anak justru tidak mendapatkan validasi atas emosi yang dirasakannya.
Meski pada kenyataannya, semakin dewasa seorang anak maka kemungkinan orang tua semakin mengalami kesulitan dalam memberikan respon dan tindakan yang tepat mungkin terjadi dan wajar sekali, Bun. Untuk itu Bunda dan Ayah perlu tahu bagaimana sebaiknya merespon amarah anak serta bantuan seperti apa yang anak butuhkan untuk bisa mengatasinya.
Baca Juga: Pola Asuh Tanpa Marah-Marah, Mungkinkah?
Yang sebaiknya orang tua lakukan
Berikut ini beberapa hal yang dapat Bunda lakukan untuk membantu anak mengatasi amarah:
- Ajarkan anak mengenai beragam perasaan. Beritahu mereka saat Bunda sedang merasa “gembira”, “sedih”, “marah”, “takut”, dan lain sebagainya.
- Buatlah “termometer kemarahan” bersama si kecil. Dan ajak puka ia untuk menilai perasaannya sendiri, dengan memberi nilai 0-5, sebagai tanda ia sedang tidak marah sama sekali hingga sangat marah.
- Sediakan “calming corner” berisi buku bacaan di rumah, buku mewarnai, mainan, atau apa pun yang dapat membantu si kecil maupun Bunda untuk menenangkan diri, setiap kali merasa marah atau sedih.
- Ajarkan si kecil teknik “anger management” sederhana, misalnya dengan menarik napas panjang, menghitung sampai sepuluh, dan lain sebagainya.
Yang sebaiknya tidak orang tua lakukan
Jangan menyerah dan menuruti keinginan si kecil ketika tantrum atau marah, agar ia tak malah menjadikannya sebagai “senjata” ya, Bun. Hal tersebut tidaklah membantu anak belajar bagaimana mengatasi amarahnya dengan positif.
Baca Juga: Anak Marah? Redakan Dengan 5 Tips Berikut
Selain itu, penting untuk tidak melakukan beberapa hal berikut ini ketika anak sedang marah:
- Jangan menantang, terlebih mendongakkan wajah Bunda tepat di wajah si kecil yang sedang meledak. Sebaliknya, beri ruang untuk ia bisa menenangkan diri.
- Jangan bereaksi atau menanggapi amarah anak dengan amarah. Ambil waktu, menghindar sebentar, tarik napas dalam-dalam, barulah Bunda bisa mengajak si kecil bicara.
- Jangan menyimpulkan sendiri alasan si kecil marah. Hal ini justru bisa membuat mereka semakin marah, hingga beranggapan kalau Bunda “sok tahu” atau “tidak mengerti” mereka. Sebaliknya, ambil waktu untuk mencari tahu terlebih dahulu apa penyebab ia marah.
- Jangan memberi hukuman atau mengancam, ketika anak sedang meledak. Carilah waktu setelah situasi tenang untuk membicarakan hal ini, apabila memang diperlukan.
- Jangan benar-benar meninggalkan anak, meski ia meminta Bunda pergi. Namun tetaplah mengawasinya dan katakan, “Bunda menunggu di kamar, ya. Jika kamu sudah cukup tenang, yuk, kita bicara.”
Terkadang orang tua sering lupa, bahwasanya anak-anak bukanlah versi mini dari diri mereka sendiri. Anak-anak sesungguhnya merupakan individu atau pribadi sendiri. Yang tentunya memiliki perasaan, penilaian, hingga harapannya sendiri.
Ketika anak-anak meledak dan marah, tentu ada alasan yang membuatnya begitu. Sebagai orang dewasa, orang tua berkewajiban untuk mencari tahu alasan tersebut, berempati, dan mencoba untuk mencari jalan keluar agar hal tersebut tak terulang lagi di kemudian hari. Dengan begitu lah anak akan belajar kalau setiap masalah bisa kok, diselesaikan tanpa harus marah.
Baca Juga: Jangan Mengumbar Amarah Ke Anak, Ini 5 Alasannya
Selain itu yang tak kalah penting, apabila Bunda maupun Ayah merasa kesulitan dan tidak bisa membantu si kecil dalam mengatasi amarahnya. Maka Bunda juga boleh lho, mencari bantuan ke teman, keluarga, atau psikolog anak.