Tahukah Bunda kalau kebanyakan orang tua sering tidak menyadari perbuatannya sendiri ketika melakukan gaslighting pada anak?
Iya, Bun. Gaslighting atau suatu bentuk pelecehan psikologis yang melibatkan upaya berulang kali untuk mempengaruhi seseorang agar meragukan ingatan, penilaian, atau kewarasan mereka sendiri, faktanya sering dilakukan oleh orang tua pada buah hatinya, baik tanpa disadari maupun secara sadar.
Baca Juga: Yuk, Lebih Bijaksana Membicarakan Kekurangan Maupun Kelebihan Anak di Depan Umum
Bahkan bagi orang dewasa saja, dampak gaslighting bisa sangat melelahkan dan menyakitkan, Bun. Apalagi kalau dilakukan oleh orang tua kepada anak. Bayangkan betapa bahayanya akibat yang dapat dirasakan anak dalam tumbuh kembang, terutama kesehatan mentalnya.
Dampak gaslighting bagi kesehatan mental anak
Gaslighting dari orang tua kepada anak hingga kini masih sering dianggap sebagai perbuatan yang memang dapat menyakiti anak, namun akan selesai dan tidak menimbulkan dampak apa pun segera setelah meminta maaf.
Padahal, gaslighting yang terus-menerus berulang dan dianggap sebagai “hal biasa” ini sama saja seperti gaslighting yang terjadi pada orang dewasa.Bahwa perbuatan ini bagai racun atau toxic yang akan merusak karakter dan mempengaruhi perkembangan mental anak, adalah benar adanya!
Bahaya gaslighting pada anak:
- Menghilangkan kepercayaan diri
- Membuat anak sulit atau tak dapat membuat keputusan
- Anak tidak memiliki kemampuan untuk mempercayai orang lain
- Memiliki masalah dalam bersosialisasi
- Memiliki gangguan kecemasan
- Memiliki rasa tertekan
Baca Juga: Pentingnya Mengajak Anak Berbicara, Ini 6 Tipsnya
Apakah Bunda dan Ayah termasuk gaslighting parents?
Yuk, ingat-ingat lagi. Apakah Bunda pernah atau sering mengatakan hal-hal serupa atau mirip dengan beberapa contoh kalimat gaslighting pada anak berikut ini?
- “Jangan aneh-aneh, Dik/Kak. Itu nggak mungkin!”
- “Nggak benar itu, kamu pasti nggak fokus.”
- “Nah, kan! Selalu bikin kacau!”
- “Semua teman kamu saja bisa. Masa kamu nggak?”
- “Pasti kamu yang salah! Makanya jangan bengong.”
- “Kamu bukannya capek, tapi malas. Cepat kerjakan PR-nya!”
- “Sudah, jangan berlebihan.”
- “Kamu gagal karena sikap kamu buruk!”
- “Apa yang salah? Semua yang Bunda lakukan itu untuk kebaikan kamu.”
- “Kamu pasti yang lupa, deh!”
- “Coba kamu tanya semua orang, pasti semua setuju sama yang Bunda bilang!”
- “Memang bisa buku jalan sendiri? Pasti kamu yang lupa!”
Bunda dan Ayah, pahamilah bahwa sangat penting bagi orang tua untuk memilih kata-kata yang positif dan ramah bagi putra-putrinya. Apalagi komunikasi negatif antara anak dan orang tua apabila terus menerus terjadi akibat intensitas pertemuan yang tak terhindarkan dan sangat tinggi ini, akan sangat mempengaruhi penilaian anak akan dirinya sendiri dalam artian yang kurang baik!
Kenali tanda umum gaslighting parents agar terhindar dari bahayanya!
Apabila Bunda mengalami kesulitan dalam mengingat kalimat-kalimat yang mengarah ke gaslighting pada anak, maka pahamilah ciri-ciri kalimat gaslighting berikut agar Bunda bisa menghindari penggunaannya.
- Menyangkal ucapan dan tindakan anak
- Sengaja memutar balikkan fakta, demi tujuan pribadi
- Merasa selalu benar
- Tidak mau mengakui kesalahan dan meminta maaf
- Merasa tahu apa yang terbaik untuk anak
- Merasa paling mengenal anak-anak daripada anak-anak mengenal diri mereka sendiri
- Terus-menerus mengabaikan perasaan anak
Baca Juga: 7 Kalimat Positif Agar Anak Pede dan Merasa Dicintai
Terkadang saat melakukan gaslighting, orang tua berdalih bahwa hal tersebut dilakukan demi kebaikan anak. Padahal, perlu Bunda dan Ayah sadari bahwa masih banyak hal lain yang dapat dilakukan untuk mendidik dan mengajarkan anak akan kebaikan-kebaikan, dengan cara yang aman dan sehat bagi pertumbuhan mental anak tentunya.
Apalagi mengingat betapa bahayanya gaslighting dalam merusak mental anak. Yuk, saling mengingatkan dan sama-sama belajar untuk lebih peduli lagi dengan menerapkan parenting yang ramah anak, terutama di dalam setiap ucapan dan tindakan Bunda dan Ayah, ya.