Bagi sebagian orang tua, silent treatment atau perilaku mendiamkan dan mengabaikan anak, dianggap sebagai salah satu jalan keluar untuk menghindari adu argumen.
Biasanya karena kewalahan dengan sikap si kecil, atau akibat besarnya masalah yang ditimbulkan, orang tua menjadi kurang bijaksana dan malah mendiamkan anak sebagai bentuk hukuman yang sebenarnya tak disadari oleh orang tua itu sendiri.
Namun tahukah Bunda, ternyata sikap mendiamkan atau mengabaikan anak ini dianggap tidak sehat bagi perkembangan mental anak? Bahkan para ahli setuju kalau silent treatment termasuk sebagai sebuah respon negatif atau toxic parenting, lho!
Baca Juga: Hukuman Bagi Anak, Ini 5 Kesalahan Orang Tua
Ciri-ciri silent treatment
Silent treatment harus dihindari agar si kecil tidak tumbuh menjadi pribadi yang rendah diri, tak mencintai diri sendiri, dan takut untuk bersosialisasi, Bun.
Maka agar bisa mencegah dampak silent treatment, orang tua perlu menyadari dahulu sikap seperti apa yang termasuk di dalam kategori tersebut. Ini dia!
- Menolak untuk berbicara
- Tidak mengakui apa yang si kecil katakan
- Mengabaikan panggilan telepon, pesan teks, dan lain sebagainya
- Berpura-pura tidak mendengarkan
- Tidak mengakui perasaan dan pendapat anak
- Pergi untuk waktu yang lama, lalu muncul kembali
- Bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi dan semuanya baik-baik saja
- Mengabaikan kebutuhan dan permintaan anak untuk berkomunikasi
- Perilaku yang dimaksudkan untuk membuat si kecil merasa tidak dipedulikan
Dampak silent treatment bagi tumbuh kembang anak
Wajar apabila Bunda marah atau kecewa karena suatu hal. Boleh saja Bunda mengambil waktu sendiri untuk menghindari kemarahan yang meledak.
Baca Juga: Menyedihkan, 73% Anak Indonesia Mengalami Hukuman Fisik di Rumah
Tapi perlu diingat bahwa setelah mengambil waktu sendiri, Bunda perlu bicara baik-baik dengan si kecil untuk menyelesaikan masalahnya.
Karena kalau tidak, silent treatment justru akan berdampak buruk:
- Membuat anak merasa tidak berdaya dan menyalahkan diri sendiri
- Kesepian dan merasa terasing
- Gangguan fisiologis, seperti merasa pusing, sakit kepala, sakit perut, tubuh gemetar
- Menyebabkan trauma masa kecil
- Memperburuk hubungan anak dengan orang tua
- Self esteem dan kepercayaan diri berada di level yang sangat rendah
- Sulit mengekspresikan emosi
- Memicu perilaku negatif
Baca Juga: Anak Cenderung Lebih “Rewel” saat Bersama Bunda? Ini Alasannya!
Mengabaikan atau mendiamkan anak sebagai bentuk hukuman tidaklah sepadan dengan dampak yang bisa dialami anak, Bun. Justru dengan memberi kesempatan untuk meminta, memberi, dan mendapat “MAAF” setiap kali ada masalah lah, maka perkembangan mental si kecil akan tetap aman dan tumbuh sehat.
Yuk, biasakan untuk mendengar pendapat anak, memahami, dan memberikan solusi yang baik dalam menyelesaikan masalah, agar anak tumbuh dengan melihat contoh yang baik dari orang tuanya!