Bunda yang memiliki balita tentu tidak asing dengan konten animasi yang ditujukan bagi anak berusia di bawah 5 tahun, CoComelon, bukan? Animasi menarik dengan warna-warni serta kisah yang bagus untuk ditanamkan di dalam diri anak ini merupakan konten animasi tiga dimensi asal Amerika Serikat yang menceritakan petualangan JJ bersama saudara-saudaranya, Bun.
Namun sayangnya, serial animasi yang beberapa tahun ke belakang sangat populer di kalangan anak ini kini tengah menjadi perbincangan. Semakin banyaknya orang tua yang muncul di media sosial dan mengeluhkan serial animasi anak ini merupakan penyebabnya, Bun.
Baca Juga: Waktu Screen Time Anak Menurut Anjuran WHO
CoComelon dianggap membuat anak kecanduan dan memberikan overstimulasi karena gambarnya yang bergerak terlalu cepat. Namun benarkah Cocomelon bisa memberikan dampak negatif bagi tumbuh kembang anak?
Memilih tayangan ramah anak
Menjawab pertanyaan di atas, jawabannya mungkin ya, mungkin juga tidak, Bun. Ya, karena beberapa pakar dan pemerhati anak juga telah memberikan pandangannya dan menganggap CoComelon memang bisa memberikan overstimulasi pada bayi dan balita.
Namun faktanya, pernyataan mengenai overstimulasi dan kecanduan yang dikaitkan dengan Cocomelon, ternyata bisa juga disebabkan oleh jenis tayangan lain yang dikonsumsi anak baik sengaja atau tidak disengaja, secara luas!
Hal ini tentu menjadi pengingat bagi orang tua, bahwa Bunda dan Ayah harus selalu aktif mengawasi tontonan anak agar sesuai dengan usia dan perkembangannya. Memastikan bahwa tontonan si kecil merupakan tayangan yang ramah anak adalah salah satu cara yang bisa dilakukan, Bun.
Baca Juga: Hati-Hati Konten Huggy Wuggy dan Mommy Long Legs Bisa Berbahaya untuk Mental dan Perilaku Anak, Bun!
Ciri-ciri tayangan yang ramah anak:
- Pastikan tayangan yang dipilih telah sesuai dengan klasifikasi anak, yaitu klasifikasi P (2-6 tahun), klasifikasi A (7-12 tahun), dan klasifikasi R (13-17 tahun).
- Tayangan mengandung nilai/pesan kebaikan serta mengedukasi.
- Mendukung tumbuh kembang anak, misalnya saat anak sedang belajar bicara, membaca, atau bernyanyi, maka pilihlah tayangan yang sesuai dengan minat atau kebutuhan tersebut.
- Gambar dan cerita berkualitas.
- Perpindahan gambar tidak terlalu cepat agar mata dan otak anak tidak mengalami overstimulasi atau kelelahan.
- Tidak mengandung unsur-unsur kekerasan, pornografi dan vulgarisme.
Apa kata ahli?
Ahli patologi bahasa-bicara anak, Kassie Hanson, seperti dilansir dari Parents. Menekankan bahwa pengaruh intensitas anak ketika menonton konten serupa Cocomelon, seperti acara di TV, aplikasi, dan lain sebagainya, memang dapat terjadi.
Meskipun, dampak yang bisa dialami anak juga akan tergantung dari usia ketika menontonnya, durasi screen time yang diberikan, serta jenis tontonan yang dinikmati, Bun.
Jadi bukan hanya Cocomelon. Namun tayangan yang gambarnya bergerak cepat dengan konten berkualitas rendah lainnya juga akan sangat berbahaya, karena tidak memberikan nilai tambah dan terlalu merangsang otak anak atau overstimulasi. Selain itu, overstimulasi inilah yang juga akan menyebabkan anak menjadi kecanduan, rewel, bahkan tantrum, ketika orangtua menyudahi tontonannya.
Baca Juga: Bahaya Mengintai, Yuk, Awasi Penggunaan Media Sosial pada Pra Remaja dan Remaja, Bun!
Penting bagi orang tua untuk bisa lebih bijaksana dalam memilih dan memberikan tontonan bagi si kecil. Pilihlah tontonan berkualitas, yang geraknya sesuai dengan usia dan perkembangan anak, agar si kecil tidak sampai mengalami overstimulasi, tantrum, atau berdampak negatif bagi kesehatan mata dan otaknya.
Selain itu, perhatikan pula screen time anak agar tidak berlebihan dan sesuai batas yang ditentukan oleh para ahli. Juga yang paling penting, awasi serta dampingilah anak saat menonton agar tercipta interaksi yang positif antara orang tua dan anak, sehingga manfaat yang baik pun akan tumbuh dan berkembang di dalam diri anak.