Keep your face always toward the sunshine, and shadows will fall behind you
Walt Whitman

Weight Faltering dapat Sebabkan Gizi Buruk hingga Stunting

author
Ruth Sinambela
Senin, 22 Mei 2023 | 10:00 WIB
WeiWeight faltering merupakan kondisi kenaikan BB bayi yang tidak cukup atau di bawah rata-rata kenaikan BB minimal bayi tiap bulan | Shutterstock

Nutrisi dan gizi seimbang merupakan hal yang wajib dipenuhi sejak kehamilan, terutama saat golden age anak, atau sebelum si kecil berusia 2 tahun. 

Khususnya untuk mencegah stunting, kecukupan gizi yang baik sangat dibutuhkan agar anak tumbuh dengan pertumbuhan fisik juga otak yang sempurna. Jangan sampai justru sebaliknya, anak menjadi kurang nutrisi dan mengalami weight faltering, Bun.

Baca Juga: Mengenal Kondisi Malnutrisi yang Dapat Dialami Anak

Pengertian weight faltering

Weight faltering atau kurangnya kenaikan BB bayi yang tidak cukup atau di bawah rata-rata kenaikan BB minimal bayi tiap bulannya. Merupakan situasi yang apabila dibiarkan terus-menerus sangat mungkin menyebabkan stunting atau gizi buruk.

Hal ini juga dapat terjadi apabila si kecil tidak mendapatkan nutrisi yang cukup sejak masih di dalam kandungan!

Ibu hamil harus mendapatkan asupan gizi yang baik agar calon bayi pun tidak kekurangan nutrisi | Shutterstock

Weight faltering biasanya terjadi ketika anak berusia 3-4 bulan. Meski situasi kenaikan BB minimal anak pasti berbeda, namun rata-ratanya adalah 450-900 gram perbulan, di beberapa bulan pertamanya. Karena itulah sangat penting bagi Bunda dan Ayah untuk memonitor kenaikan BB si kecil setiap bulan agar tidak sampai kecolongan, ya.

Yang ditakutkan adalah apabila orang tua merasa sudah memberikan yang terbaik untuk buah hatinya, namun kenaikan BB rata-rata menunjukkan yang sebaliknya, Bun. Apabila tak diketahui sedini mungkin dan terbiarkan begitu saja, weight faltering dapat menjadi pintu masuk dari semua kelainan pertumbuhan.

Baca Juga: Bukan Hanya Golden Age, Setiap Fase Pertumbuhan Anak Penting dan Harus Mendapat Perhatian ya, Bun!

Intervensi gizi
Sangat penting untuk melakukan intervensi sebelum si kecil mengalami weight faltering lanjutan dan mengarah ke gizi buruk atau bahkan stunting! Karena itulah, monitor yang baik selama anak berusia kurang dari 2 tahun amat dibutuhkan.

Karena dengan mengetahui sedini mungkin angka kenaikan BB anak yang di bawah rata-rata, maka Bidan atau Petugas Posyandu dapat memberikan perhatian dan saran yang cepat dan tepat. Yaitu dengan melakukan intervensi pada pemenuhan kebutuhan gizi anak.

Intervensi gizi dapat dilakukan apabila masyarakat juga mau turut aktif dalam memeriksakan kesehatan dan tumbuh kembang buah hatinya di Posyandu | Shutterstock

3 Jenis intervensi gizi pada anak menurut Kemenkes:

  • Intervensi prioritas, yaitu intervensi yang diidentifikasi memiliki dampak paling besar pada pencegahan stunting dan ditujukan untuk menjangkau semua sasaran prioritas.
  • Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak pada masalah gizi dan kesehatan lain yang terkait stunting dan diprioritaskan setelah intervensi prioritas dilakukan. 
  • Intervensi prioritas sesuai kondisi tertentu, yaitu intervensi yang diperlukan sesuai dengan kondisi tertentu, termasuk untuk kondisi darurat bencana (program gizi darurat).

Pada intinya intervensi gizi dapat dilakukan apabila masyarakat juga mau turut aktif dalam memeriksakan kesehatan dan tumbuh kembang buah hatinya di Posyandu. Dengan demikianlah maka pemerintah melalui petugas Posyandu dapat mengetahui masalah gizi anak dan mulai melakukan intervensi untuk membantunya.

Baca Juga: Kata Dokter: Cara Mengetahui Status Gizi Anak

Yaitu dengan melakukan kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya weight faltering. Seperti asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan. 

Hanya dengan peduli dan berusaha lebih keras lah maka kebutuhan nutrisi anak akan tercukupi sejak masih di dalam kandungan dan seterusnya. Meskipun, pada dasarnya weight faltering dapat dicegah dan tidak harus dengan memberikan makanan atau sumber nutrisi yang mahal, karena sesungguhnya nutrisi yang baik pun bisa didapat dari bahan-bahan makanan lokal yang tentu saja harganya lebih murah.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi