Dalam dunia medis yang terus berkembang, terobosan medis terjadi setiap saat. Salah satu terobosan paling signifikan dalam dunia kebidanan adalah transplantasi rahim, yang memberikan harapan bagi kaum perempuan dengan kondisi tertentu untuk bisa hamil, Bun.
Meski demikian, transplantasi tentu bukanlah keputusan mudah bagi siapa pun. Dan Kirsty Bryant merupakan salah satu dari wanita pemberani yang menjalaninya. Ia merupakan salah satu pasien transplantasi rahim yang juga telah mencatat sejarah sebagai pasien transplantasi rahim pertama di Australia yang berhasil hamil dengan rahim donor dari ibu kandungnya sendiri.
Baca Juga: Rahim Diangkat Pasca Melahirkan, Apa Penyebabnya?
Transplantasi rahim pertama di Australia
Transplantasi rahim memang telah beberapa lama dilakukan di seluruh dunia sebagai terobosan dunia kesehatan. Pada tahun 2014, pasien transplantasi rahim pertama dilakukan di Swedia dan berhasil melahirkan anak.
Meski demikian belum banyak masyarakat yang mengetahui dan melakukan transplantasi rahim ini. Transplantasi rahim sejauh ini telah dilakukan di beberapa negara maju, seperti Swedia, Amerika Serikat, Skotlandia, dan Australia.
Di Australia sendiri, belum lama ini pasien transplantasi pertamanya, Kirsty Bryant, juga berhasil mendapatkan kehamilan dari rahim donor yang diterimanya, Bun. Seperti keajaiban, tindakan medis ini telah mengabulkan harapan Kirsty untuk bisa memiliki anak kedua, setelah rahimnya harus diangkat lewat operasi karena masalah kesehatan.
Baca Juga: Bunda with Bocah, Sharing Seputar Kesuburan dan Saling Support Pejuang Dua Garis
Masih terus dikembangkan
Hingga kini prosedur transplantasi rahim masih dalam tahap pengembangan dan penelitian. Tim medis yang terlibat dalam transplantasi rahim pun harus berpengalaman dan terlatih dengan baik untuk melakukan prosedur ini. Di Indonesia sendiri, hingga saat ini transplantasi rahim belum pernah dilakukan, selain untuk kebutuhan penelitian.
Selain itu, masih banyaknya pro dan kontra mengenai transplantasi rahim di dunia, khususnya di Indonesia, membuat tindakan medis ini mungkin belum bisa segera dilakukan di negara kita, Bun. Apalagi transplantasi organ juga merupakan tindakan berisiko tinggi yang membutuhkan persiapan fisik dan mental yang besar.
Baca Juga: Kata Dokter: Bersepeda Dapat Menurunkan Kesuburan Pria?
Beberapa risiko terkait dengan transplantasi rahim diketahui mirip dengan transplantasi organ lainnya, Bun. Dimana usai menjalankan transplantasi rahim, pasien diharuskan mengonsumsi obat imunosupresan dengan dosis yang kuat untuk mencegah sistem imun tubuh menyerang organ baru yang dianggap sebagai benda asing.
Meski demikian bukannya tidak mungkin kelak dunia medis yang semakin canggih, juga masyarakat yang lebih terbuka dalam menerima terobosan ini, bisa menjadikan tindakan transplantasi rahim sebagai salah satu upaya yang bisa dipilih dalam hal mendapatkan keturunan.