Beberapa waktu lalu, sempat viral sebuah kisah yang dibagikan oleh pemilik akun instagram @bidandewifpl. Berawal dari seorang ibu yang hamil trimester 3 mengalami pecah ketuban dini dan setelah 12 jam ketuban pecah barulah mertua dan suaminya datang kepada tenaga medis untuk mendapatkan penanganan namun sayangnya bayi itu tidak tertolong.
Dalam pandangan medis, apa yang dimaksud pecah ketuban dini?
Menurut Royale College Of Obstetricians & Gynaecologists, pecah ketuban dini (preterm prelabour rupture of membranes/PPROM) adalah kondisi ketuban yang pecah sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Kondisi pecah ketuban dini terjadi pada 3 dari setiap 100 kehamilan.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya pecah ketuban dini, antara lain infeksi pada rahim, tekanan darah tinggi saat hamil (preeklampsia), merokok, mengandung bayi kembar, pernah mengalami pecah ketuban dini sebelumnya, atau kelemahan struktur ketuban. Namun sejauh ini belum ditemukan penyebab secara spesifik terkait penyebab pecah ketuban dini.
Baca juga: Afirmasi Positif untuk Bunda yang Tengah Menunggu Waktu Bersalin
Tanda-Tanda Pecah Ketuban Dini
Penting bagi ibu hamil untuk mengenali tanda-tanda pecah ketuban dini, diantaranya:
1.Keluarnya cairan dari vagina
Bumil seperti merasakan basah pada celana dalam karena keluarnya cairan dari vagina. Cairan memiliki konsistensi yang cukup kental dan volumenya berkala semakin banyak, aroma cairan menyengat, berwarna kehijauan atau kecokelatan bahkan biasanya banyak darah.
Cairan ketuban berbeda dengan urine. Bagaimana membedakannya? Biasanya air ketuban terus keluar mengalir, terasa hangat di vagina, dan tidak berbau. Sedangkan urine memiliki bau yang khas. Cairan ketuban juga biasanya bercampur dengan lendir ataupun darah, berbeda dengan urine yang hanya berisi cairan urine saja.
2.Kontraksi terasa lebih kuat
Bumil dapat merasakan kontraksi yang lebih kuat dan lebih sering dari biasanya, sehingga terasa nyeri di perut bagian bawah bahkan disertai demam.
3.Perubahan aktivitas janin
Bunda bisa merasakan janin lebih aktif atau justru lebih sedikit bergerak, detak jantung janin terasa lebih cepat, atau bahkan tidak ada tanda gerak dari janin sedikitpun.
Baca juga: Ini Sebenarnya yang Dimaksud Keracunan Air Ketuban
Dampak Pecah Ketuban Dini
Apabila tanda-tanda pecah ketuban dini tersebut tidak segera ditangani maka akan berisiko terkena berbagai dampak berikut ini:
- Risiko melahirkan secara prematur.
- Infeksi meningkat yang dapat menyebabkan ibu hamil dan bayi mengalami komplikasi serius.
- Berisiko alami keguguran.
- Bayi terlilit tali pusar.
- Operasi cesar.
- Gangguan pertumbuhan paru janin.
- Perdarahan otak janin.
- Gangguan pernapasan pada bayi.
- Gangguan perkembangan saraf pada bayi, seperti cerebral palsy.
- Kematian janin.
Jika Mengalami Pecah Ketuban Dini
Langkah pertama, tentu Bunda jangan panik, ya! Tetap tenang dan lakukan beberapa hal berikut ini:
1.Perhatikan waktu pecah ketuban.
Catat waktu ketika Bunda pecah ketuban, serta jumlah dan karakteristik cairan yang keluar. Informasikan hal ini kepada tenaga medis untuk membantu mereka mengevaluasi situasi.
2.Segera hubungi tenaga medis.
Beri tahu kondisi Bunda dan mereka akan memberikan petunjuk lebih lanjut apakah Bunda perlu segera datang ke rumah sakit untuk evaluasi lebih lanjut.
3.Jangan menggunakan tampon atau melakukan douching (membersihkan vagina sendiri) setelah pecah ketuban.
Hal ini dapat meningkatkan risiko infeksi. Lebih baik gunakan pembalut bersih yang dapat menyerap cairan ketuban.
4.Pantau tanda-tanda infeksi.
Apakah Bunda mengalami demam, nyeri perut yang parah, bau tidak normal pada cairan yang keluar, atau perubahan warna atau kekentalan cairan ketuban. Jika Bunda mengalami tanda-tanda tersebut, informasikan kepada tenaga medis.
5.Ikuti instruksi dari tenaga medis.
Mereka mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik, tes laboratorium, atau pemantauan janin untuk memastikan kesehatan Bunda dan bayi.
6.Hindari aktivitas yang berisiko tinggi.
Setelah pecah ketuban dini, biasanya disarankan untuk menghindari hubungan seksual, menyelam, atau menggunakan tampon, karena ini dapat meningkatkan risiko infeksi.
7.Minta bantuan pada pasangan atau keluarga untuk mendapatkan dukungan fisik maupun mental.
Baca juga: Ciri-Ciri Kelahiran Prematur dan 4 Kelompok Prematur sesuai Usia Kelahiran
Cara Mencegah Pecah Ketuban Dini
Perlu Bunda ketahui bahwa setiap kasus pecah ketuban dini dapat berbeda, dan langkah-langkah yang diambil dapat bervariasi tergantung pada usia kehamilan, kondisi Bunda, dan evaluasi medis. Selalu konsultasikan dengan tenaga medis untuk mendapatkan pedoman dan perawatan yang sesuai.
Tapi Bunda tenang saja. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, kok, untuk menghindari pecah ketuban dini, diantaranya:
1.Terapkan gaya hidup sehat.
Hal ini meliputi mengonsumsi makanan bergizi, cukup istirahat, menghindari stres berlebihan, dan menjaga aktivitas fisik yang sesuai dengan kehamilan.
2.Hindari merokok dan konsumsi alkohol.
Merokok dan mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko pecah ketuban dini. Jika Bunda merokok atau minum alkohol, segera berhenti untuk kebaikan Bunda dan perkembangan bayi, ya.
3.Pastikan Bunda menjaga kebersihan area genital.
4.Hindari terlalu banyak aktivitas fisik atau olahraga yang terlalu intens. Diskusikan dengan dokter kandungan atau bidan mengenai tingkat aktivitas yang aman dan sesuai untuk Bunda selama kehamilan.
5.Jangan lupa, ya Bunda, periksakan kehamilan secara rutin pada dokter atau bidan. Pemeriksaan rutin dapat membantu mengidentifikasi faktor risiko yang mungkin terkait dengan pecah ketuban dini.
6.Minum cukup air agar Bunda tetap terhidrasi. Dengan cairan yang cukup membantu menjaga kecukupan cairan ketuban dan meminimalkan risiko pecah ketuban dini.
Kasus yang beredar di media sosial kiranya bisa memberikan pelajaran bagi para ibu hamil dan keluarga terkait kondisi pecah ketuban dini yang harus segera ditangani. Jika mengalaminya, segeralah dapatkan perawatan medis demi menjaga keselamatan Bunda dan bayi.