We may not be able to prepare the future for our children, but we can at least prepare our children for the future.
Franklin D. Roosevelt

Kok, Hidung Bengkak saat Hamil? Yuk, Kenali Pregnancy Nose!

author
Claudia Tari Aplabatansa
Rabu, 12 Juli 2023 | 15:00 WIB
Pregnancy Nose Bisa Terjadi Pada Ibu Hamil | SHUTTERSTOCK |


Saat hamil, bukan cuma perut dan kaki Bunda yang membengkak. Ternyata hidung pun bisa membesar dan bikin wajah berubah, lho. Kondisi ini diistilahkan dengan
pregnancy nose. Bunda dan Ayah mungkin pun pernah melihat video pregnancy nose yang seliweran di TikTok dengan tagar #PregnancyNose.  

Lebih lengkapnya, pregnancy nose adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan pada hidung yang mungkin disebabkan oleh perubahan hormonal pada tubuh ibu hamil. Dilansir dari American Pregnancy Association, pembengkakan selama kehamilan merupakan hal yang normal. Sebab tubuh ibu hamil memproduksi sekitar 50% lebih banyak darah dan cairan tubuh untuk memenuhi kebutuhan janin yang sedang berkembang. 

Ciri-Ciri Pregnancy Nose

Meskipun pregnancy nose bisa terjadi pada sebagian wanita, namun Bunda tidak perlu khawatir karena perubahan ini hanya bersifat sementara dan akan kembali normal beberapa minggu setelah melahirkan. 

1. Pembengkakan pada hidung atau terasa lebih penuh dari biasanya.

2. Beberapa wanita melaporkan bahwa ukuran hidung mereka tampak lebih besar selama kehamilan.

3. Terjadi perubahan bentuk hidung, seperti peningkatan ukuran bagian ujung hidung atau peningkatan lebar hidung.

4. Beberapa wanita mungkin mengalami hidung tersumbat atau sulit bernafas melalui hidung selama kehamilan.

Baca juga: Mengenal Nipple Cream untuk Busui, Nyaman dan Aman Digunakan

Faktor Penyebab Pregnancy Nose

1. Perubahan hormon
Selama kehamilan tubuh mengalami fluktuasi hormonal yang signifikan. Tingkat hormon estrogen dan progesteron meningkat secara substansial, yang dapat memengaruhi pembuluh darah dan jaringan pada hidung. Ini dapat menyebabkan pembengkakan, perubahan aliran darah, dan perubahan struktural pada hidung.

2. Peningkatan volume darah
Tubuh ibu hamil mengalami peningkatan volume darah untuk mendukung pertumbuhan janin. Peningkatan volume darah ini juga memengaruhi aliran darah ke hidung dan menyebabkan hidung tampak lebih besar dan merah.

3. Peningkatan produksi mukosa
Selama kehamilan produksi lendir dan mukosa pada saluran pernapasan dapat meningkat. Hal ini dapat menyebabkan hidung menjadi lebih tersumbat dan membuat perubahan pada tampilan hidung.

4. Terjadinya radang rongga hidung
Orang hamil juga dapat menderita radang rongga hidung yang disebut rinitis. Kondisi yang menyebabkan bersin, hidung tersumbat, dan pilek ini cukup umum terjadi. Menurut dr. Kenosha Gleaton spesialis kandungan dan kebidanan, rinitis saat kehamilan memengaruhi 39% Ibu hamil.

Red Flag pada Pregnancy Nose

Secara umum perubahan hidung yang terjadi selama kehamilan tidak berbahaya, ya, Bun. Namun tidak ada salahnya dikonsultasikan pada tenaga medis, jika Bunda mendapatkan kondisi-kondisi berikut ini:

1. Hidung yang sangat bengkak
Hidung yang mengalami pembengkakan sangat parah bisa jadi pertanda adanya kondisi medis yang memerlukan perhatian lebih lanjut.

2. Kesulitan bernapas
Jika hidung tersumbat atau perubahan hidung menyebabkan kesulitan bernapas atau sampai mengganggu kualitas tidur, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.

3. Perubahan tiba-tiba atau drastis
Jika terjadi perubahan yang tiba-tiba atau drastis pada hidung selama kehamilan, seperti perubahan bentuk yang ekstrem atau perubahan warna yang tidak biasa, segera periksakan ke dokter.

4. Dapat menyebabkan kelahiran prematur:
Meskipun hidung yang bengkak selama kehamilan seringkali dianggap wajar, terkadang hal ini dapat mengindikasikan kondisi yang serius. Menurut dr. Jessica Madden, M.D., IBCLC, dari pusat medis Aeroflow Breastpumps, "Preeklampsia, kondisi kehamilan yang menyebabkan edema (pembengkakan) juga dapat menyebabkan hidung tampak lebih besar," ujarnya.

Berdasarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), preeklampsia yang biasanya terjadi setelah 20 minggu dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, sakit kepala, masalah penglihatan, dan pembengkakan di tangan dan wajah. Hal ini dapat menyebabkan kelahiran prematur dan berat lahir rendah pada bayi. Preeklampsia berat bahkan dapat menyebabkan kejang dan menyebabkan stroke.

Baca juga: Masalah Kulit yang Sering Dialami Anak dan Cara Mengatasinya

Kenali Beberapa Cara Untuk Meredakan Pregnancy Nose | SHUTTERSTOCK |

Meredakan Pregnancy Nose 

Jika Bunda mengalami perubahan hidung atau gejala terkait "pregnancy nose”, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan, yakni:

1. Tetap terhidrasi
Memastikan untuk tetap terhidrasi dengan baik dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, termasuk pada hidung. Minumlah air yang cukup sepanjang hari.

2. Gunakan pelembap hidung
Menggunakan pelembap hidung, seperti cairan saline atau larutan garam khusus yang tersedia di apotek, dapat membantu melembapkan hidung dan meredakan hidung tersumbat.

3. Hindari iritasi hidung
Hindari paparan terhadap bahan-bahan yang dapat mengiritasi hidung, seperti asap rokok, debu, atau bahan kimia berbau tajam. Ini dapat membantu mencegah peningkatan gejala bengkak pada hidung.

4. Kompres hangat
Mengompres hidung dengan handuk yang dibasahi air hangat dapat membantu meredakan pembengkakan pada hidung.

5. Istirahat cukup
Istirahat yang cukup dapat membantu mengurangi peradangan dan mempercepat pemulihan hidung. Bunda bisa juga menghirup uap air hangat sebelum tidur untuk meredakan rasa tidak nyaman pada hidung.

6. Konsultasi pada dokter
Jika perubahan hidung atau gejala yang dialami sangat mengganggu, tidak mereda, atau memburuk seiring waktu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Mereka dapat mengevaluasi dan memberikan saran atau perawatan yang sesuai.

Penting untuk diingat bahwa setiap kehamilan bisa berbeda sehingga tidak semua wanita mengalami pregnancy nose. Jangan lupa, jika Bunda mengalami perubahan hidung yang mengkhawatirkan selama kehamilan segera periksakan untuk mendapatkan evaluasi medis yang tepat.

Penulis Claudia Tari Aplabatansa
Editor Ratih Sukma Pertiwi