Being a parent has made me more open, more connected to myself, more happy, and more creative. I’m more discerning in what I do and how I do it. It’s just made me a better person all the way around.
Alicia Keys

Mengenal Sindrom HELLP pada Ibu Hamil

author
Claudia Tari Aplabatansa
Jumat, 28 Juli 2023 | 15:00 WIB
HELLP Sindrom, Bunda Perlu Mengetahui Cara Mencegahnya! II Shutterstock |

Bunda pernah mendengar tentang sindrom HELLP? Sindrom ini merupakan komplikasi yang terjadi saat kehamilan, terutama ibu hamil dengan hipertensi, dan dapat mengancam nyawa ibu dan bayi. 

Menurut American Pregnancy Association, nama sindrom HELLP adalah singkatan dari tiga kelainan cukup langka yang terjadi pada Ibu hamil, yaitu: 

  1. Hemolisis
    Mengacu pada kerusakan sel darah merah dengan cepat, biasanya sebabkan anemia pada Ibu hamil. Dilansir dari data Kemenkes RI tahun 2019, bumil yang mengalami anemia di Indonesia tergolong tinggi, yakni 48,9%.

  2. EL (Elevated Liver Enzymes

Enzim hati yang meningkat menunjukkan bahwa hati tidak berfungsi dengan baik. Sel-sel hati yang mengalami peradangan menyebabkan sejumlah unsur kimia masuk ke dalam darah.

  1. LP (Low Platelet Count

Trombosit merupakan komponen darah yang membantu pembekuan. Saat kadar trombosit rendah, maka seseorang akan mengalami peningkatan risiko perdarahan yang berlebihan.

Sindrom HELLP umumnya terjadi pada trimester ke-3 kehamilan. Namun pada kasus yang jarang, sindrom HELLP dapat terjadi sebelum masuk trimester ke-3 atau bahkan dalam kurun waktu 48 jam hingga 1 minggu setelah melahirkan.

Penyebab sindrom HELLP belum diketahui secara pasti. Ada dugaan bahwa sindrom HELLP dipicu oleh preeklampsia atau eklampsia. Sekitar 10-20 persen bumil yang mengalami preeklampsia juga akan mengalami sindrom HELLP. Namun kelainan ini cukup langka karena hanya terjadi pada kurang dari 1 persen kehamilan. 

Baca juga: Waspadai, Ini Perbedaan Bengkak Biasa dan Gejala Preeklampsia

Perbedaan Sindrom HELLP dengan Preeklampsia

Bunda perlu mengetahui bahwa preeklampsia atau eklampsia dan sindrom HELLP adalah dua kondisi yang berbeda. Walau memang pasien yang memiliki preeklampsia berisiko lebih tinggi terkena sindrom HELLP. 

Secara sederhana, sindrom HELLP adalah kelainan hati dan darah yang akan fatal apabila tidak ditangani dengan cepat. Sedangkan preeklampsia adalah tekanan darah tinggi yang terus berkembang selama masa kehamilan. Dilansir dari Halodoc, preeklampsia adalah kondisi ibu hamil yang memiliki tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih, atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih, pada dua kali pemeriksaan dengan jarak minimal 4 jam. 

Kriteria Bumil yang Berisiko Mengalami Sindrom HELLP

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko sindrom HELLP pada bumil:

  1. Menderita hipertensi
  2. Berusia di atas 35 tahun
  3. Mengalami obesitas
  4. Memiliki riwayat preeklampsia atau eklampsia pada kehamilan sebelumnya
  5. Mengidap diabetes, penyakit ginjal, lupus, atau gangguan kekentalan darah
  6. Mengalami tekanan darah tinggi

Baca juga: Skiatika pada Ibu Hamil. Ketahui Penyebab, Gejala, dan Pencegahannya

Tanda dan Gejala Sindrom HELLP

Gejala dan tanda sindrom HELLP memang dapat menyerupai tanda umum pada kehamilan, maka perlu adanya kontrol secara rutin agar dokter dapat segera mendeteksi dan memberikan penanganan jika sindrom HELLP ini terjadi. Berikut ini beberapa gejala yang dapat dialami:

  1. Bumil merasakan nyeri pada bagian kanan atas perut.
  2. Alami mimisan
  3. Merasakan mual dan muntah
  4. Sakit kepala
  5. Merasa lelah yang berlebihan
  6. Terjadinya pembengkakan pada bagian lengan atau wajah
  7. Gangguan penglihatan seperti penglihatan kabur atau sensitif terhadap cahaya
  8. Perubahan atau penurunan jumlah gerakan janin dan perdarahan yang tidak biasa

Penanganan Sindrom HELLP oleh Dokter

Ada beberapa cara yang biasanya disarankan dokter apabila Bunda telah didiagnosis sindrom HELLP. Penanganan utama secara medis adalah melahirkan bayi sesegera mungkin untuk menghentikan perkembangan penyakit. Akibatnya, banyak bumil melahirkan bayi prematur.

Berikut ini penanganan sindrom HELLP oleh dokter sebelum proses persalinan:

  1. Istirahat total di rumah sakit, dengan diawasi secara berkala oleh dokter dan perawat
  2. Pemantauan kondisi janin secara ketat
  3. Transfusi darah yang diberikan saat jumlah sel darah merah berada di bawah normal
  4. Pemberian obat-obatan, seperti kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru-paru janin, obat antihipertensi, hingga obat anti kejang seperti magnesium sulfat. 

Baca juga: Tips Jitu untuk Para Ayah Merespons Ngidam-nya Bumil

Dukungan Dari Ayah Juga Sangat Berpengaruh Pada Kondisi Bunda II Shutterstock |

Bagaimana Mengurangi Risiko Terkena Sindrom HELLP?

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah sindrom HELLP, ada beberapa langkah untuk mengurangi risiko terkena kondisi tersebut, yaitu:

  1. Perhatikan kesehatan dan gaya hidup
    Konsumsi makanan sehat, termasuk makanan yang kaya nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein sehat. Batasi konsumsi garam dan makanan olahan yang tinggi natrium, hindari alkohol, merokok, dan obat terlarang.

  2. Pemantauan kehamilan secara teratur
    Lakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur bersama dokter atau bidan. Ini memungkinkan deteksi dini dan pengelolaan faktor risiko, seperti tekanan darah tinggi atau preeklampsia.

  3. Pemantauan tekanan darah
    Jaga tekanan darah tetap stabil selama kehamilan, terutama jika bumil memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum kehamilan.

  4. Edukasi dan pemahaman
    Cari tahu tentang sindrom HELLP dan gejala yang harus diwaspadai. Segera hubungi dokter atau bidan jika mengalami tanda-tanda yang mencurigakan.

  5. Konsultasi medis
    Jika Bunda memiliki riwayat kehamilan sebelumnya dengan preeklampsia atau sindrom HELLP, diskusikan dengan dokter atau bidan tentang pengelolaan risiko saat kehamilan.

Dengan memperhatikan tanda-tanda awal sindrom HELLP dan mendapatkan perawatan yang tepat sedini mungkin, berpotensi meningkatkan peluang kesembuhan bumil. Dan, tentu saja menjaga keselamatan ibu dan bayi hingga persalinan tiba.

Penulis Claudia Tari Aplabatansa
Editor Ratih Sukma Pertiwi