Bunda tentu setuju kalau paylater adalah salah satu metode pembayaran yang menawarkan kemudahan dan kenyamanan bagi para penggunanya. Dengan paylater, kita bisa membeli barang atau jasa yang diinginkan tanpa harus membayar tunai di depan, melainkan membayar nanti sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Apalagi paylater juga sering memberikan promo-promo menarik seperti cicilan 0%, cashback, dan diskon.
Bahkan orang yang sebelumnya tidak pernah menggunakan kartu kredit atau pinjaman pun akhirnya tertarik untuk mencoba paylater karena banyaknya promo yang ditawarkan. Tak hanya itu, cara mendapatkannya pun cukup mudah sehingga masyarakat, khususnya para ibu sangat mungkin untuk mendaftarkan identitasnya.
Baca Juga: Ini lo 7 Ciri Orang Yang Memilih Bebas Dari Hutang
Tunggakan paylater terus meningkat
Mirisnya, meski sebenarnya sudah mengetahui kalau di balik keuntungan-keuntungan yang ditawarkan, paylater sebenarnya memiliki risiko yang perlu diwaspadai. Tak hanya masalah ekonomi, faktanya kebiasaan berhutang juga mampu memberi dampak pada kehidupan sosial hingga kesempatan untuk mendapat pekerjaan, Bun.
Data yang diterbitkan oleh PT Pefindo Biro Kredit seperti dikutip dari CNBC, tunggakan total paylater di Indonesia per-April 2023 sebanyak 3,28 Triliun Rupiah, naik 72,6 % dari tahun sebelumnya. Artinya setiap tahun semakin banyak tagihan paylater yang menunggak. Artinya pula masyarakat semakin banyal terlilit hutang dan tidak mampu membayarnya.
Duh, semoga kita tidak sampai mengalami hal demikian ya, Bunda. Berikut beberapa alasan mengapa sebaiknya Bunda lebih berhati-hati dan tidak terbiasa menggunakan paylater apalagi bergantung pada paylater untuk kebutuhan belanja konsumtif!
Boros dan konsumtif
Paylater bisa membuat Bunda menjadi boros dan konsumtif kalau tidak semakin memperburuknya, lho! Paylater bisa membuat Bunda yang sebenarnya tidak butuh-butuh banget pun jadi tergoda untuk berbelanja hanya karena ada promo atau diskon.
Padahal, barang-barang tersebut sesungguhnya tidak sesuai dengan kebutuhan dan anggaran keluarga. Nah, bahayanya jika hal ini terjadi terus-menerus bisa berdampak buruk bagi keuangan dan hubungan keluarga, Bun.
Kebiasan berhutang dan hutang menumpuk
Paylater bisa menimbulkan utang yang menumpuk. Paylater sebenarnya adalah bentuk utang yang harus dibayar di kemudian hari kan, Bun? Kemungkinan terburuknya saat Bunda tidak bisa mengelolanya dengan baik, maka Bunda bisa terjebak dalam utang yang menumpuk.
Baca Juga: Metode Menabung Mana yang Paling Cocok untuk Bunda?
Apalagi kalau Bunda menggunakan paylater di beberapa platform atau aplikasi yang berbeda. Semakin banyak tagihan yang harus diingat serta dengan jatuh tempo yang berbeda pula, apabila Bunda lupa atau telat membayar, maka denda yang dikenakan bisa semakin memberatkan situasi Bunda.
Merusak reputasi kredit
Nggak mau kan, pengajuan pinjaman untuk renovasi rumah atau biaya sekolah anak ditolak oleh pihak bank karena reputasi kredit yang rusak akibat tunggakan paylater?
Pahamilah kalau ketika kita sering menggunakan paylater dan gagal bayar atau telat bayar, maka catatan kredit bisa menjadi buruk, Bun. Hal ini akan berpengaruh negatif ketika suatu saat Bunda sangat membutuhkan kredit lain yang lebih penting. Pihak bank atau lembaga keuangan lain tentu akan menganggap pengajuan pinjaman Bunda tidak kredibel atau berisiko tinggi.
Kesejahteraan keluarga jadi terganggu
Seperti disampaikan di awal, paylater bisa mengganggu kesejahteraan dan hubungan keluarga, Bun. Jika Bunda terlalu bergantung pada paylater dan mengabaikan risiko-risiko di atas, maka bisa saja pada suatu titik Bunda akan mengalami masalah keuangan yang serius. Bahkan kehabisan uang memenuhi kebutuhan pokok keluarga, seperti makanan, kesehatan, pendidikan, dan tabungan.
Hal ini tentu bisa berdampak pula pada kesehatan mental hingga mengganggu kesejahteraan dan keharmonisan keluarga. Belum lagi melakukan kebiasaan ini berarti Bunda telah menjadi contoh yang buruk bagi anak-anak. Duh, jangan sampai si kecil tumbuh menjadi sosok yang konsumtif, hedon, suka berfoya-foya, dan berhutang sana-sini ya, Bun.
Baca Juga: Anak Konsumtif, Ini 8 Antisipasinya
Karena itulah yuk saling mengingatkan untuk tidak terbiasa menggunakan paylater dan bergantung pada paylater sebagai metode pembayaran utama, ya. Paylater sebaiknya hanya digunakan sebagai alternatif terakhir jika benar-benar dibutuhkan dan sesuai dengan kemampuan finansial. Bunda harus bijak dalam memilih barang atau jasa yang ingin dibeli dengan paylater, serta usahakan untuk selalu disiplin dalam membayar tagihan tepat waktu.