Baru-baru ini beredar unggahan video di media sosial tentang seorang ayah yang nekat membawa anaknya yang baru berusia 1 tahun 7 bulan mendaki Gunung Kerinci yang terletak di Provinsi Jambi. Duh, Bun, apa iya anak berusia sekecil itu sudah boleh diajak naik gunung?
Gunung Kerinci yang memiliki tinggi mencapai 3.805 mdpl merupakan gunung tertinggi kedua di Indonesia. Sangat sulit dibayangkan bagaimana batita tersebut diajak berjalan kaki mendaki gunung di tengah cuaca yang dingin hingga menuju puncak.
Tak heran, video yang beredar tersebut pun mengundang sejumlah komentar yang menyalahkan sang ayah, Rudy Kukuh Setiawan. Ia kemudian menjelaskan lewat akun instagramnya bahwa anaknya sudah mulai diajak untuk mendaki gunung sejak usia empat bulan. Bahkan, kegiatan mendaki ini rutin dilakukan setiap bulan.
"Haloo semua saya bapaknya Baby Anna. Kalo ketemu di gunung 95% pasti mendukung. Kalo ketemu di sosmed 95% menghujat. Tidak apa2, bebas,” terang Rudy, membalas komentar netizen di Instagram.
"Yang jelas kami tidak memaksakan sampai di puncak, safety bagi kami tetap yang utama. Dan kembali sampai di rumah dengan selamat adalah prioritas utama," sambungnya.
Baca juga: Yuk, Ajak Si Kecil Kamping, Bun! Ini yang Harus Dipersiapkan
Rudy juga mengungkapkan bahwa anaknya sudah berkali-kali diajak mendaki gunung. Tercatat, Baby Anna sudah mendaki 17 gunung dan 5 bukit. Pendakian gunung dilakukan di sejumlah daerah seperti Pulau Jawa dan Bali, Nusa Tenggara Barat (Gunung Rinjani) serta Jambi (Gunung Kerinci).
Penuh Persiapan
Karena berbagai komentar pedas yang terus menghampirinya di media sosial, akhirnya Rudy kembali buka suara dan kali ini langsung secara terbuka dalam program Selamat Pagi Indonesia, Metro TV, Rabu (13/9). “Kita tidak langsung naik gunung yang tinggi, awalnya saya ajak camping, jalan-jalan di taman. Karena anaknya excited, kita coba naik gunung dengan tracking yang hanya setengah jam atau satu jam," cerita Rudy.
Sebelum mendaki gunung, Rudy dan istrinya pun selalu menyiapkan segala kebutuhan anaknya untuk meminimalisir risiko-risiko yang bisa saja terjadi. "Jangan sampai kita mau bawa anak tapi enggak tahu masalah apa yang akan dihadapi," ujarnya.
Persiapan paling penting adalah mengenali bahaya apa saja yang ada di gunung. "Mengajak anak kecil tidak sembarangan, kita mesti mempersiapkan segalanya karena anak kecil tidak seperti orang dewasa, kita juga tidak bisa memaksakan ego kita harus sampai di puncak," ungkap Rudy yang tak lupa membawa emergency system selama mendaki, seperti oksigen, handy talky (HT) untuk komunikasi serta alat navigasi.
Baca juga: Rekomendasi Taman Bermain Outdoor Ramah Anak di Jakarta dan Sekitarnya
Kapan Boleh Mengajak Anak Mendaki Gunung?
Sebetulnya tidak ada aturan pasti yang menyebutkan kapan waktu yang tepat untuk mengajak anak mendaki gunung. Semua tergantung pada kesiapan dan kemampuan anak juga orang tua. Namun beberapa literatur menyebutkan bahwa sebaiknya jangan mengajak anak di bawah umur 5 tahun untuk mendaki gunung. Marie Lollok Lementova, pemandu bersertifikasi The Union of International Mountain Leader Associations (UIMLA) menjelaskan bahwa anak berusia di atas 5 tahun sudah memahami instruksi sehingga sudah dapat diajak mendaki gunung.
Baca juga: 8 Alasan Bermain Outdoor Itu Bagus
Selain itu, ada beberapa alasan mengapa sebaiknya orang tua tidak membawa balita naik gunung seperti dilansir dari lighthikinggear.com. Yuk kita simak, Bun!
1. Pergelangan kaki terkilir
Anak dapat menghadapi berbagai kemungkinan bahaya sepanjang perjalanan, seperti tergelincir atau tersandung karena permukaan tanah yang tidak rata, bebatuan atau akar pohon. Hal ini dapat menyebabkan anak jatuh dan kakinya terkilir.
Gunakan sepatu khusus mendaki serta pelindung kaki untuk membantu terhindar dari cedera jenis ini. Ayah juga dapat menggunakan tongkat trekking untuk menambah keseimbangan. Namun yang terpenting, pilih medan yang sesuai kemampuan anak dan lakukan riset sebelumnya.
2. Nyeri lutut
Ketika berjalan jauh beberapa anak mungkin lebih rentan mengalami nyeri lutut dibandingkan anak lainnya. Misalnya, anak-anak yang pernah mengalami masalah lutut, memiliki otot paha yang lemah, dan posisi tempurung lutut yang tidak tepat.
Baca juga: Penemu Sunscreen Ternyata Mahasiswa Yang Hobi Mendaki Gunung
3. Lecet
Lecet bisa terjadi ketika terjatuh atau mengalami gesekan konstan dalam waktu lama, misalnya lecet pada kaki karena terlalu lama berjalan. Sayangnya, lecet sering dianggap sebagai masalah ringan. Padahal jika tidak ditangani dengan tepat maka dapat menyebabkan infeksi.
4. Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh turun drastis hingga di bawah 35 derajat Celsius. Akibatnya, jantung dan organ vital lainnya gagal berfungsi. Jika tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan henti jantung, gangguan sistem pernapasan, bahkan kematian. Suhu ekstrem yang terjadi di gunung tentu berisiko hipotermia bagi anak.
Jadi, pastikan Ayah dan Bunda mempertimbangkan beberapa kondisi di atas sebelum mengajak anak, terutama balita, melakukan aktivitas ekstrem, termasuk mendaki gunung. Selalu utamakan kesehatan dan keselamatan anak.
Referensi:
https://www.explore-share.com/blog/rock-climbing-and-kids-when-is-the-best-time-to-start/
https://www.alodokter.com/hipotermia
https://youtu.be/vhqHhDSWwsc?si=Ol7aqCOcmqkXrWXK https://www.instagram.com/p/CxDlF81rfRQ/?utm_source=ig_web_copy_link&igshid=MzRlODBiNWFlZA==