Keloid rahim merupakan salah satu komplikasi yang mungkin terjadi setelah operasi caesar atau tindakan bedah rahim lainnya dimana jaringan parut yang terbentuk pada tempat sayatan rahim tidak sembuh dengan baik, melainkan tumbuh berlebihan dan menonjol ke dalam rongga rahim.
Keloid rahim juga dikenal sebagai keloid pada lapisan rahim atau jaringan parut hipertrofik yang tumbuh secara berlebihan dan tidak biasa sebagai respons terhadap luka atau trauma pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
Keloid rahim biasanya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan ultrasound transvaginal. Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar organ dalam perut. Dokter akan memasukkan alat berbentuk tabung ke dalam vagina dan menggerakkannya untuk melihat kondisi dinding rahim. Jika ada tonjolan atau celah pada dinding rahim, maka itu menunjukkan adanya keloid rahim.
Gejala Keloid Rahim
Keloid rahim terjadi ketika proses penyembuhan pasca operasi berjalan tidak normal. Luka bekas operasi yang semestinya sembuh dengan baik, malah berkembang menjadi jaringan parut yang tebal, mengeras, dan terkadang meradang.
Gejala umum dari keloid rahim meliputi pembengkakan, gatal, nyeri, dan perubahan warna kulit di sekitar luka bekas operasi. Ketidaknyamanan ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup pasien, Bun.
Selain itu keloid rahim juga dapat menyebabkan gejala lainnya, yaitu:
- Menstruasi tidak rutin
- Pendarahan abnormal
- Nyeri haid
- Nyeri saat berhubungan intim
- Kesulitan hamil
- Keguguran
Keloid rahim juga dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan berikutnya, seperti plasenta previa, plasenta akreta, atau robekan rahim. Karena itulah sangat penting untuk mendiagnosa dan melakukan tindakan yang tepat untuk menyembuhkannya.
Baca juga: Pasien Preeklampsia Sebaiknya Melahirkan Normal atau Cesar?
Faktor risiko
Penting bagi dokter bedah dan pasien untuk memahami faktor risiko ini guna mencegah dan mengelola keloid rahim dengan efektif, Bun.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terbentuknya keloid rahim meliputi:
- Predisposisi genetik
- Penyembuhan yang buruk
- Infeksi pasca operasi
- Peradangan kronis
- Wanita dengan riwayat keloid pada kulit atau jaringan parut lainnya
Baca juga: Hindari Keloid Paska Caesar Dengan 5 Cara Ini
Perawatan
Penanganan keloid rahim tergantung pada gejala dan tujuan pasien. Jika gejala tidak mengganggu dan pasien tidak berencana hamil lagi, maka penanganan mungkin tidak diperlukan, Bunda. Namun jika gejala mengganggu atau pasien ingin hamil lagi, maka ada beberapa pilihan penanganan yang dapat dilakukan:
- Histeroskopi reseksi
- Laparoskopi
- Obat nyeri atau hormonal
Pada sebagian kasus, penanganan dan penyembuhan keloid rahim mungkin akan membutuhkan pendekatan yang lumayan banyak Bunda, termasuk perawatan luka yang tepat, penggunaan obat-obatan anti-inflamasi, dan terapi fisik.
Meski demikian sebaiknya pilihan perawatan didiskusikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis kandungan agar bisa disesuaikan dengan kondisi pasien dan tingkat keparahan keloid. Beberapa teknik yang digunakan oleh dokter ahli biasanya terapi laser, terapi radiasi, injeksi kortikosteroid, dan penggunaan alat pengisar jaringan seperti silikon gel sheeting, hingga operasi.
Bagaimana pun, pencegahan merupakan langkah terbaik dalam mengatasi keloid rahim. Penting bagi pasien dan dokter untuk berdiskusi tentang faktor risiko yang ada dan strategi pencegahan yang sesuai apabila dibutuhkan. Perawatan luka yang tepat setelah operasi, menjaga kebersihan luka, serta menghindari trauma fisik pada area operasi tentu akan menjadi beberapa tindakan yang dapat membantu mencegah terbentuknya keloid.
Selain itu, jika Bunda memiliki riwayat operasi caesar sebelumnya dan merasakan gejala keloid rahim, maka segeralah konsultasikan kondisi Bunda dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang sesuai.
Sumber:
https://hellosehat.com/wanita/penyakit-wanita/penyebab-kram-perut-selain-haid/