Beragam gangguan kesehatan dapat ditimbulkan oleh polusi udara di dalam dan luar ruangan. Bahkan dalam jangka panjang dapat memicu stunting pada anak, lho, Bun!
Kualitas udara yang memburuk di beberapa wilayah di Indonesia pasti membuat para orang tua cemas. Bagaimana tidak, faktanya anak-anak memang lebih rentan terpapar polusi udara. Laporan WHO tahun 2018 menyebutkan sebanyak 543 ribu balita dan 52 ribu anak usia 5-15 tahun meninggal karena polusi udara di dalam dan luar ruangan.
Mengutip data European Environment Agency (EPA), terdapat enam jenis polutan udara yang sangat berbahaya bagi populasi sensitif, termasuk anak-anak, yaitu karbon monoksida, timbal, nitrat, particulate matter termasuk PM 2,5 dan PM 10, sulfur dioksida, dan ozon. Selain itu, masih ada 187 konsentrat beracun di udara yang menyebabkan beragam penyakit, contohnya benzene, formaldehida, polycyclic aromatic hydrocarbon, dan logam tertentu.
Gangguan Pernapasan
Polutan udara yang terhirup umumnya memberikan dampak langsung pada sistem pernapasan. Salah satunya adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Sejak polusi udara melanda Indonesia, jumlah pasien rumah sakit dengan keluhan ISPA diberitakan melonjak. Di Jakarta misalnya, data Dinas Kesehatan DKI Jakarta sejak Juni hingga Agustus 2023 mencatat peningkatan penderita ISPA hingga 31 persen menjadi 156 ribu orang, dan 41 ribu diantaranya adalah balita.
Bunda sebaiknya waspada karena infeksi saluran pernapasan (terutama bagian bawah) merupakan penyebab kematian balita nomor dua di dunia. Hal ini dapat terjadi karena organ pernapasan bayi dan anak-anak, terutama paru-paru, masih dalam tahap perkembangan. Kekebalan tubuh mereka pun lebih rendah dibanding orang dewasa.
Penyakit ISPA ringan terjadi pada organ pernapasan bagian atas dan ditandai dengan gejala seperti batuk, pilek, hidung tersumbat, radang tenggorokan, demam, mual, muntah, dan infeksi telinga. Sedangkan penyakit ISPA berat menyerang organ pernapasan bagian bawah (paru-paru) dan menimbulkan sesak napas, bronkitis, dan pneumonia.
Baca juga: Mengapa Anak-Anak Lebih Rentan Terpapar Polusi Udara?
Gangguan Pencernaan hingga Stunting
Selain menyebabkan gangguan pernapasan, polutan udara menempel pada tubuh dan beredar melalui pembuluh darah sehingga memengaruhi kesehatan organ-organ tubuh lainnya, seperti kulit, mata, jantung, ginjal, hati, dan lambung. Berikut ini adalah beberapa risiko kesehatan selain gangguan pernapasan yang disebabkan oleh polusi udara.
1.Gangguan pencernaan
Polutan dapat menempel pada makanan atau minuman yang dikonsumsi, kemudian masuk ke sistem pencernaan dan mengganggu keseimbangan mikrobiota di dalamnya. Akibatnya muncul masalah pencernaan, seperti muntah, diare, dan peradangan usus besar.
2.Risiko stunting
Polusi udara dapat menurunkan fungsi paru-paru pada anak. Akibatnya anak rentan terkena ISPA atau pneumonia yang membuat berat badannya sulit naik. Nah, perlambatan pertambahan berat badan ini merupakan faktor utama yang memicu anak mengalami gagal tumbuh atau stunting.
3.Risiko kelahiran
Paparan polutan udara, terutama PM, pada ibu hamil menyebabkan bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK), bahkan lahir mati.
4.Spektrum autistik dan hiperaktif
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa bayi yang terpapar polusi udara sebelum dan sesudah dilahirkan rentan mengalami gangguan spektrum autistik (ASD), gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (ADHD), dan memiliki hasil tes kognitif yang rendah.
5.Obesitas pada masa kanak-kanak
Terdapat hubungan antara paparan polusi udara dengan pertambahan berat badan sejak dalam kandungan hingga masa kanak-kanak serta gangguan resistensi insulin.
6.Otitis media
Merupakan peradangan pada telinga bagian tengah, tepatnya pada rongga di belakang gendang telinga. Dalam sebuah studi disebutkan asap rokok meningkatkan risiko otitis media. Nah, Ayah dan Bunda, hindari merokok sebisa mungkin, yuk!
7.Gangguan kulit
Sistem perlindungan kulit melemah sehingga kulit tampak kusam, kering, berkerut, bahkan mengalami hiperpigmentasi.
8.Gangguan mata
Mata terasa gatal, mengalami iritasi, kemerahan, dan berair. Jangka panjangnya bisa menyebabkan risiko infeksi yang lebih berat dan retinoblastoma.
Kurangi Polusi Udara di Dalam Rumah
Polusi udara juga dapat terjadi di dalam ruangan, misalnya di dalam rumah. Penyebabnya antara lain asap masakan dan asap rokok. Selain itu, polusi udara juga bisa masuk ke dalam rumah lewat jendela atau menempel pada pakaian yang dikenakan, lalu menetap pada lantai, sofa, karpet, kasur, gorden, dan perabot rumah lainnya
Prihatin ya, Bun, rumah yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak justru berpotensi membahayakan. Bahkan dilansir dari data EPA, tingkat polutan udara di dalam ruangan dapat mencapai 100 kali lebih tinggi dibandingkan polutan udara di luar ruangan.
Nah, salah satu cara untuk mengurangi polusi udara di dalam rumah adalah dengan membersihan rumah secara teratur. Untuk mempermudah pekerjaan bersih-bersih rumah, Bunda bisa menggunakan Panasonic Advanced Mega Cyclone Vacuum Cleaner MC-CL787T546.
Penghisap debu berteknologi Jepang ini memiliki berbagai fitur untuk membantu membersihkan rumah, sehingga meminimalisir efek polusi udara di dalam rumah yang berbahaya bagi kesehatan anak.
-Advanced Mega Cyclone
Memiliki daya isap kuat sehingga mampu memisahkan debu dan udara secara efektif tanpa membuat filter tersumbat dengan penampung debu berkapasitas besar, yaitu 2,2 L.
-Sistem Filtrasi 8 Lapisan
Menangkap residu debu dan juga alergen yang tidak terlihat, seperti tungau, serbuk sari, dan partikel mikro lainnya melalui filter Double HEPA dan Anti-Bakteri untuk mengeluarkan udara bersih.
-Aksesoris Beragam dan Berguna untuk Pembersihan Lebih Mudah
- Full Capture Nozzle, menjangkau debu dan kotoran hingga sudut dinding.
- Mattress Nozzle, mengangkat debu dan alergen yang bersembunyi di kasur maupun produk kain lainnya.
- Crevice Nozzle, membersihkan debu dan kotoran pada celah furniture maupun area yang sulit dijangkau seperti langit-langit.
- Dusting Brush, membersihkan debu pada beragam permukaan tanpa menggoresnya.
Setelah mengetahui berbagai dampak polusi udara di dalam rumah bagi anak-anak, jangan lewati lagi rutinitas membersihkan rumah, Bun. Yuk, kita terus menjaga kesehatan keluarga dengan menciptakan rumah yang sehat dan bebas dari beragam polutan.
Sumber:
WHO. Air Pollution and Child Health. 2018. Diakses 2 Oktober 2023. https://www.who.int/publications/i/item/WHO-CED-PHE-18-01
https://www.metrotvnews.com/read/kj2CAxjB-41-ribu-balita-terkena-ispa-imbas-polusi-udara-jakarta