Mulai pertengahan Oktober 2023, terjadi peningkatan kasus penyakit "pneumonia misterius" yang menyerang anak-anak di China bagian Utara. Lonjakan kasus kemudian menyebar ke banyak wilayah sehingga Pemerintah China mempersiapkan tambahan klinik dan pasokan obat-obatan. Bahkan beberapa sekolah di China pun ditutup untuk meminimalisir risiko penyebaran penyakit tersebut.
Dilansir dari CNBC Indonesia, kapasitas Rumah Sakit Anak Beijing penuh selama dua bulan terakhir dan rata-rata per hari menerima hingga 9.378 pasien. Sementara rumah sakit dan klinik anak lainnya di Beijing pun telah penuh sehingga pasien terpaksa dirawat di lorong-lorong rumah sakit.
Setelah China, belakangan Belanda juga melaporkan kemunculan kasus "pneumonia misterius", Bun. Data kasus pneumonia pada anak usia 5-14 tahun di Belanda pada 2023 menunjukkan rekor tertinggi.
Menyikapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengeluarkan surat edaran kewaspadaan terkait wabah pneumonia misterius. Apalagi Indonesia memasuki musim penghujan dan musim liburan akhir tahun sehingga diperkirakan mobilitas masyarakat lebih tinggi dan berisiko memperbesar penyebaran penyakit.
Baca juga: Pneumonia, Penyebab Kematian Tertinggi Balita di Indonesia
Apa Penyebab Pneumonia Misterius?
World Health Organization (WHO) dalam publikasinya di Promed (22/11) lalu telah menemukan kasus “pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya” pada anak-anak di China, yang kemudian disebut-sebut masyarakat sebatai "pneumonia misterius".
Adalah Mycoplasma pneumoniae yang diduga sebagai salah satu patogen yang dominan dalam penyakit ini. Berdasarkan laporan epidemiologi dalam publikasi tersebut, terjadi peningkatan kasus akibat Mycoplasma pneumoniae sebesar 40% sejak Mei. Selain itu terdeteksi pula patogen umum, seperti influenza, rhinovirus, adenovirus, dan RSV sejak Oktober. Namun penyebabnya tetap belum dapat diketahui secara pasti.
Mycoplasma pneumoniae sebetulnya merupakan jenis bakteri umum yang menyerang sistem saluran pernapasan dan dapat memperlihatkan gejala ringan hingga berat. Jadi bukan disebabkan oleh kuman baru ya, Bun.
Ketika seseorang terinfeksi Mycoplasma pneumoniae batuk-batuk atau bersin, maka droplet atau cipratan liurnya yang mengandung bakteri tersebut dapat menulari orang lain.
Baca juga: Pneumonia Masih Mengintai. Pastikan Si Kecil Sudah Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap, Bun!
Bagaimana Gejala Infeksi Mycoplasma pneumoniae?
Menurut Center for Disease Control and Prevention, umumnya infeksi pernapasan yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae bersifat ringan, dan gejalanya tergantung pada jenis infeksinya.
Jenis infeksi yang paling umum adalah bronchitis akut (tracheobronchitis atau chest cold), meliputi:
-Sakit tenggorokan
-Merasa lelah
-Demam
-Sakit kepala
-Batuk memburuk secara perlahan dan berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan
Pada balita, infeksi Mycoplasma pneumoniae menunjukkan gejala yang berbeda dengan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Mereka mungkin mengalami gejala flu, seperti:
-Bersin
-Hidung tersumbat atau berair
-Sakit tenggorokan
-Mata berair
-Mengi
-Muntah
-Diare
Pneumonia (infeksi paru-paru) dapat terjadi dengan gejala meliputi:
-Demam dan menggigil
-Batuk
-Merasa lelah
-Sesak napas
Begitu seseorang terinfeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae, gejalanya biasanya muncul setelah 1 hingga 4 minggu.
Baca juga: Mengenal Batuk Croup atau Batuk Menggonggong yang Sering Bikin Bunda Resah
Bagaimana Pencegahannya?
Karena infeksi Mycoplasma pneumoniae mudah menular, Bunda sebaiknya waspada. Lindungi anak-anak dan juga dewasa dengan cara:
1.Jika anak batuk sebaiknya tidak ke sekolah dulu.
2.Jangan menunggu gejala parah baru dibawa ke rumah sakit.
3.Sering mencuci tangan.
4.Gunakan masker, terutama di lingkungan yang padat atau bila diperlukan.
5.Pastikan rumah memiliki ventilasi yang baik.
6.Jaga jarak atau di rumah saja saat sakit.
7.Dapatkan vaksin terkait, seperti COVID-19, pneumonia, influenza, terutama untuk kelompok rentan, seperti anak-anak dan lansia.
Yuk, Bun, kita perhatikan kembali rambu-rambu prokes tersebut! Setelah COVID-19 berlalu, mungkin saja kita mulai lupa melakukannya. Contohkan pada anak-anak, sehingga mereka pun meniru perilaku baik kita. Dan, semoga saja “pneumonia misterius” ini tidak sampai ke Indonesia.
Referensi:
https://www.cdc.gov/pneumonia/atypical/mycoplasma/index.html
https://www.kompas.com/tren/read/2023/11/30/073000165/cegah-pneumonia-misterius-dari-china-ini-peringatan-waspada-kemenkes?page=all
https://www.instagram.com/p/C0BwNFkRzdw/?utm_source=ig_web_copy_link&igshid=MzRlODBiNWFlZA==
https://www.nivel.nl/nl/nieuws/uitgelicht-week-46-aantal-kinderen-met-longontsteking-blijft-toenemen-13-19-nov-2023