Pada dasarnya operasi cesar (c-section) dilakukan atas rekomendasi dokter kandungan karena terdapat indikasi medis tertentu yang membahayakan ibu hamil dan bayi. Meskipun kenyataannya, secara global persalinan cesar semakin marak dipilih karena beragam alasan, termasuk pemilihan tanggal lahiran cantik.
Nah, Bun, yang juga sering menjadi pertanyaan adalah berapa kali amannya seorang ibu hamil dapat melakukan operasi cesar? Apa saja risikonya jika dilakukan berulang kali?
Tergantung Kondisi Personal
Berdasarkan beberapa referensi, termasuk American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), belum ada aturan pasti yang membatasi tindakan operasi cesar pada seorang ibu yang akan melahirkan.
Robert O. Atlas, MD, FACOG, Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi Mercy Medical Center menjelaskan pada Heathline, “Ada ibu hamil yang mengalami 6-7 operasi cesar tanpa ada kendala, namun ada juga yang sejak setelah operasi cesar pertama menghadapi kendala seperti gangguan plasenta akreta, perlengketan berat, dan sebagainya.”
Baca juga: Pilu, Ibu Muda di Malaysia Meninggal Setelah Melahirkan Anak ke-10 Lewat Operasi Cesar
Namun perlu digarisbawahi, jika dilakukan terlalu sering maka operasi cesar dapat meningkatkan risiko komplikasi. Meskipun risiko komplikasi dari operasi cesar berulang ini bersifat sangat personal, ya Bun. Semua tergantung dari kondisi kesehatan masing-masing ibu hamil dan keberhasilan prosedur bedah. Artinya, sangat sulit untuk membuat standar umum berapa kali operasi cesar aman dilakukan.
Lalu apakah ibu hamil bisa melahirkan normal setelah persalinan cesar? Berdasar penjelasan Mayo Clinic, persalinan normal (per vaginam) tidak direkomendasikan setelah 3 kali atau lebih persalinan cesar.
Waspada Risiko Komplikasi
Jika Bunda memiliki kemungkinan persalinan cesar berulang, ketahui juga mengenai risiko kompikasi yang dapat terjadi.
1.Perlengketan rahim
Luka sayatan pada rahim dapat membentuk jaringan parut yang menebal dan memicu perlengketan dengan organ-organ di sekitarnya.
2.Perlekatan kandung kemih
Perlekatan juga dapat terjadi antara rahim dengan kandung kemih sehingga mengakibatkan komplikasi berkemih, misalnya masalah buang air kecil.
3.Perlekatan usus
Sama seperti perlekatan kandung kemih, dalam hal ini rahim melekat dengan organ saluran cerna.
Baca juga: Sudah Bukaan Lengkap Tapi Harus Caesar, Apa Sebabnya?
4.Ruptur uteri
Yaitu perobekan pada dinding rahim akibat tekanan selama proses melahirkan.
5.Masalah plasenta
-Plasenta akreta, yaitu letak plasenta yang tertanam terlalu dalam pada dinding rahim.
-Plasenta previa, yaitu plasenta berada di bagian bawah rahim sehingga menutup jalan lahir.
-Plasenta abruption, yaitu plasenta terlepas sebelum waktunya.
6.Pengangkatan rahim (histerektomi)
7.Perdarahan hebat yang membutuhkan transfuse darah dan bahkan mengancam nyawa ibu hamil.
8.Hernia insisional
9.Mati rasa dan nyeri pada sekitar daerah sayatan.
10.Endometriosis
Baca juga: Tentang Melahirkan Normal Setelah Caesar atau VBAC, Apa yang Harus Diperhatikan?
Jarak Aman Kehamilan Setelah Cesar
Hal ini tergantung oleh beberapa faktor. Departement of health and Human Services AS merekomendasikan jarak minimal 12 bulan untuk jenis persalinan apa pun. Faktanya, tubuh Bunda butuh pemulihan setelah kehamilan, yaitu minimal 18 bulan sebelum kehamilan berikutnya.
Setelah mengetahui syarat dan risiko persalinan cesar berulang, semoga bisa menjadi bahan pertimbangan bagi Bunda sebelum menjalaninya. Terpenting, rutinlah berkonsultasi pada dokter kandungan untuk memastikan kondisi kehamilan Bunda.
Sumber:
https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/c-section/expert-answers/c-sections/faq-20058380
https://www.parents.com/pregnancy/giving-birth/how-many-c-sections-can-a-woman-have/
https://www.healthline.com/health/pregnancy/how-many-c-sections-can-you-have
https://hellosehat.com/kehamilan/berapa-kali-operasi-caesar-maksimal/