Traveling bisa menjadi pengalaman berharga bagi keluarga, terutama untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karenanya, sebagian orang tua merencanakan traveling keluarga dengan matang sejak jauh-jauh hari, mulai dari pemilihan jenis transportasi, destinasi wisata, serta aktivitas yang akan dilakukan di tempat tujuan. Barang-barang apa saja yang masuk ke dalam koper pun perlu diperhitungkan secara rinci. Namun sebetulnya pada usia berapakah bayi boleh diajak traveling?
Tubuh bayi lebih rentan dibanding anak yang usianya lebih besar. Sistem daya tahan tubuh dan organ-organ tubuh bayi masih belum berkembang dengan sempurna. Itulah mengapa bayi lebih rentan tertular atau terinfeksi penyakit.
Dengan mengetahui lebih awal berapa batasan aman usia anak diajak traveling, Bunda dapat mengurangi risiko yang membahayakan kesehatan si Kecil.
Hindari Bulan Pertama
Bunda dan Ayah diharap bersabar untuk membawa bayi traveling. Demi kesehatan bayi, pada bulan-bulan awal kelahiran aktivitas bayi di luar rumah sebaiknya dibatasi, misalnya hanya ketika berjemur dan kontrol ke rumah sakit. Menurut Parenting First Cry, hingga usia 40 hari bayi sebaiknya tidak dibawa perjalanan jauh.
Bulan Kedua Bukan Perjalanan Jauh
Dokter spesialis anak dan konsultan medis BabyCenter, Chandani DeZure, M.D., FAAP menegaskan bahwa mengajak bayi bepergian sebelum usia 2 bulan akan menimbulkan risiko paparan infeksi bakteri.
Setelah berusia 2 bulan, dikatakan Chandani, sistem kekebalan tubuh bayi lebih siap menerima lingkungan baru sehingga bayi sudah boleh dibawa traveling. Namun American Academy of Pediatrics (AAP) dengan tegas mengimbau, orang tua dapat mengajak bayi bepergian pada usia 2 bulan asalkan bukan perjalanan jauh.
Usia Tiga Bulan dan Rutinitas Teratur
Dikutip dari website kesehatan National Childbirth Trust, bayi mulai dapat diperkenalkan dengan bepergian lebih jauh jika:
- Sudah berusia 3-7 bulan
- Rutinitas hariannya, seperti menyusu dan tidur, sudah mulai teratur. Harapannya, Bunda dan Ayah melakukan rutinitas ini secara konsisten meski sedang bepergian.
Baca juga: Catat! Ini yang Wajib Ada di Kotak P3K Saat Traveling Bersama Balita
Komplikasi Kesehatan Tertentu
Usia bayi bukanlah satu-satunya parameter untuk menentukan boleh tidaknya bayi diajak traveling. Kondisi medis anak juga menjadi penentu. Pada bayi-bayi yang terlahir dengan komplikasi kesehatan tertentu atau bayi prematur, ada baiknya rencana traveling dikonsultasikan pada dokter anak, meskipun secara usia sudah mencukupi.
Dikutip dari Parents.com, kesehatan ibu pun menjadi pertimbangan, misalnya ibu yang mengalami komplikasi persalinan atau melahirkan melalui operasi cesar tentu mobilitasnya terbatas pada bulan-bulan awal kelahiran.
Imunisasi Lengkap
Sudahkah bayi menerima imunisasi lengkap sesuai usianya? Hal ini penting sekali dilakukan sebelum Bunda mengajaknya traveling.
Usia 3 Bulan
Hingga usia 3 bulan bayi sebaiknya sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B 0, 1 dan 2, imunisasi polio 0, 1 dan 2, imunisasi BCG 1, imunisasi DPT 1 dan 2, imunisasi Hib 1 dan 2, imunisasi PCV 1 dan imunisasi rotavirus 1.
Usia 4 Bulan
Imunisasi dilanjutkan dengan Hepatitis B 3, Polio 3, DPT 3, Hib 3, PCV 2 serta rotavirus 2.
Silakan gunakanlah jadwal imunisasi 2023 yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ya, Bun.
Baca juga: Kurangi 'Drama' Urusan Toilet Saat Traveling, 7 Benda Ini Wajib Dibawa
Pilihan Transportasi
Demi kenyamanan dan kesehatan bayi, pilihlah jenis transportasi saat traveling sesuai kebutuhan bayi. Berikut ini plus minus masing-masing moda transportasi:
1.Mobil
-Nyaman untuk jarak tempuh tidak terlalu jauh
-Mobilitas anak terbatas
-Jam berangkat dan pulang bisa disesuaikan kebutuhan
-Sepanjang perjalanan bisa berhenti sesuai kebutuhan
-Membutuhkan car seat agar bayi lebih aman
-Bayi cenderung cepat bosan, apalagi saat macet
-Rasa tidak nyaman saat jalanan rusak
-Biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah dibanding moda transportasi lain
Baca juga: 7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Traveling Dengan Bayi
2.Pesawat
-Cocok untuk bepergian ke tempat yang lebih jauh
-Membutuhkan biaya tiket yang mahal
-Lebih nyaman untuk bayi
-Risiko rewel di dalam pesawat dan mengganggu penumpang lain
-Keberangkatan dan kepulangan mengikuti jadwal maskapai
-Risiko rasa sakit pada telinga yang muncul karena tekanan udara. Namun hal ini bisa diminimalisir dengan cara menyusui atau memberi minum pada bayi saat pesawat lepas landas dan mendarat.
-Waktu tempuh yang singkat menghindarkan bayi dari kebosanan
-Masing-masing maskapai memiliki kebijakan tersendiri terkait usia minimal bayi diperbolehkan untuk ikut terbang
-Risiko tertular penyakit dari penumpang lain
3.Kereta dan Bis
-Pada jam sibuk penumpang penuh dan berisik sehingga bayi kurang nyaman
-Risiko rewel di dalam kereta atau bis dapat mengganggu penumpang lain
-Beberapa rute kereta dan bis harus beberapa kali berhenti di stasiun atau terminal sehingga waktu tempuh lebih lama dan bayi menjadi bosan
-Risiko tertular penyakit dari penumpang lain
Dengan memperhatikan faktor usia, kenyamanan, dan kesehatan bayi, traveling keluarga pastinya menjadi petualangan yang penuh kesan. Selamat merencanakan liburan, Bun!
Sumber:
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai
https://www.parents.com/baby/safety/qa-when-can-baby-fly/
https://www.nct.org.uk/baby-toddler/getting-out-about-your-baby/going-holiday/baby-and-toddler-travel-what-you-need-know-going-ahead
https://www.babycenter.com/family/travel/traveling-with-a-newborn-to-8-month-old_7157