Indonesia sebagai fatherless country dan wacana cuti ayah (paternity leave) untuk menunjang tumbuh kembang anak sempat ramai diperbincangkan di media sosial. Sebenarnya, apa manfaat peran ayah bagi tumbuh kembang anak juga relasi suami istri?
Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu negara dengan tingkat persentase fatherless tertinggi. Meski ternyata, dikutip dari Narasi (2023) dan Kumparan (2023), tidak ada riset valid yang menjelaskan temuan bahwa Indonesia merupakan negara fatherless ketiga di dunia, ada baiknya kita tetap merefleksikan kembali bagaimana peran ayah dalam keluarga.
Kata fatherless secara literal diartikan sebagai “tanpa ayah.” Meski demikian, arti dari fatherless tidak selalu merujuk pada ketidakhadiran ayah secara fisik. Fatherless, menurut psikolog Elly Risman adalah kondisi seorang ayah tidak hadir secara emosional dalam tumbuh kembang anaknya.
Salah satu cara yang bisa dilakukan ayah agar tetap andil dalam tumbuh kembang anak adalah dengan memberikan waktu yang berkualitas untuknya. Beberapa negara mewujudkan kebutuhan tersebut dengan memberikan cuti tambahan pada ayah di saat-saat tertentu, seperti cuti untuk mendampingi istri saat melahirkan, pasca lahiran, atau keguguran.
Di Indonesia cuti ayah sudah diatur dalam UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pasal 93 ayat 4, yang berbunyi, "Isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2 (dua) hari." Artinya, ayah berhak mendapatkan 2 hari cuti dan tetap dibayar saat istri melahirkan atau keguguran.
Sedangkan dalam Rancangan Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU KIA) pasal 6 ayat 2 huruf a tertulis, “Suami sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berhak mendapatkan hak cuti pendampingan: a. Melahirkan paling lama 40 hari.”
Sebagai pembanding, di beberapa negara Asia Tenggara, misalnya Thailand, cuti ayah diberikan sebanyak 15 hari, di Singapura cuti ayah bisa sampai 4 minggu, sedangkan di Swedia selama 480 hari.
Peran Ayah untuk Tumbuh Kembang Anak
Ketika ayah mendapatkan cuti dan berhenti bekerja sementara, ia bisa ikut serta dalam mengasuh anak sehingga menciptakan bonding yang kuat dengan anak. Istri pun akan merasa terbantu dalam melakukan perannya sebagai ibu. Namun terlepas dari ada atau tidaknya cuti ayah, meluangkan waktu berkualitas untuk pengasuhan anak menjadi tanggung jawab bersama antara suami dan istri.
Dikutip dari Harvard Business Review (2023), saat ayah mengasuh anak, otak ayah mengalami perubahan saraf fungsional yang memungkinkannya menjadi pengasuh yang lebih efektif bagi anak-anak.
Dr. Michael Lamb, seorang psikolog yang dikenal dengan penelitiannya tentang peran ayah bagi perkembangan anak, menyebutkan bahwa ayah yang berperan banyak dalam keluarga akan membuat anak tidak terlalu memiliki stereotipe terkait peran gender. Anak juga akan mendapat stimulasi yang beragam karena terdapat pola berinteraksi, cara ekspresi, dan tingkah laku yang berbeda dari kedua orang tuanya (Lamb & Tamis-LeMonda, 2004).
Sebaliknya, Diana Setiyawati, psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan, kurangnya peran ayah bisa menyebabkan anak memiliki emosi yang kurang matang sehingga tidak mampu mengatur, mengekspresikan, dan mengendalikan emosinya dengan baik.
Association of Women’s Health, Obstetric and Neonatal Nurses (AWHONN) menemukan bahwa bonding antara ayah dan bayi sejak awal periode pascapersalinan telah terbukti memberikan beberapa manfaat bagi bayi, yaitu mengurangi keterlambatan perkembangan kognitif, mendorong penambahan berat badan pada bayi prematur, dan meningkatkan angka pemberian ASI.
“Bonding antara ayah dan bayi pascapersalinan merupakan isu yang kurang dibahas, padahal sama pentingnya dengan bonding antara ibu dan bayi pada periode pascapersalinan,” tutur Chief Executive Officer AWHONN, Lynn Erdman, MN, RN, FAAN. “(Sehingga) sangat penting bagi ayah untuk berinteraksi dan menjalin bonding dengan bayinya sejak baru lahir untuk membantu perkembangan bayi dan mengurangi risiko depresi pascapersalinan dari pihak ayah (paternal postpartum depression).”
Baca juga: 5 Peran Penting Ayah Dalam Mengasuh dan Mendidik Anak
Manfaat Cuti Ayah untuk Relasi dengan Pasangan
Selama cuti, ayah bisa membantu melakukan pekerjaan rumah dan ikut mengasuh bayi, seperti mengganti popok, memandikan, menggendong, serta berkomunikasi dengan pasangan sesering mungkin. Masih dalam penelitian Lamb & Tamis-LeMonda (2004), ada beragam manfaat cuti ayah untuk menumbuhkan relasi yang baik dengan pasangan:
- Dengan adanya tingkat keterlibatan suami yang tinggi, istri merasa terbantu dan hal ini mengurangi risiko terjadinya sindrom baby blues atau depresi postpartum.
- Para ayah bisa lebih dekat dengan anak-anak, dan pada saat bersamaan para ibu dapat memiliki hubungan dekat dengan anak-anak sambil bekerja atau mengejar karier impian.
- Keterlibatan ayah menciptakan kondisi keluarga yang terasa nyaman dan hangat.
Namun tentunya, ayah harus terlibat tanpa rasa terpaksa. Ketika ayah merasa terpaksa mengesampingkan pekerjaannya untuk mengurus anak, justru berdampak buruk bagi anak dan keluarga.
Perlu diingat, menumbuhkan “insting” mengasuh anak merupakan proses belajar yang panjang bagi ayah. Agar "insting" tersebut dapat terus berkembang, ayah harus memiliki komitmen dan waktu. Jangan pernah takut untuk memulai dan tetap semangat, Ayah!
Baca juga: Ayah, Ini Caranya Menjadi Support System Terbaik bagi Pasangan
Cara Ayah Perkuat Bonding dengan Anak
Beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan perbanyak skinship (sentuhan kulit) dan mengajak anak main bersama. Tentunya ini akan sangat melelahkan, tetapi pasti sangat berharga untuk keluarga. Kuncinya, ayah harus hadir secara utuh, meluangkan waktu, dan berusaha menjadi role model yang baik untuk anak. Pada akhirnya, anak tanpa sadar akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya.
AWHONN dan babycenter merekomendasikan beberapa tips berikut ini untuk meningkatkan bonding antara ayah dan si Kecil sejak baru lahir.
1.Jangan takut untuk langsung memulai
Semakin cepat Ayah ikut serta merawat bayi, perasaan itu akan semakin nyaman dan natural seiring waktu. Biasakan diri sejak awal kehamilan, misalnya dengan mengikuti kelas-kelas kehamilan dan ajak si Kecil berkomunikasi sejak dalam kandungan, kemudian dilanjutkan skinship sejak bayi lahir.
2.Ambil shift malam
Bergantianlah merawat bayi dengan Bunda. Setelah Bunda menyusui, Bunda bisa tidur lebih dulu dan Ayah bisa mendapat kesempatan untuk bonding dengan bayi.
3.Bacakan buku untuk bayi
Untuk awal-awal kelahiran bayi, ini bukan tentang apa materi bacaannya, tapi seorang bayi akan menikmati ritme suara ayahnya.
4.Belajar memandikan bayi
Memandikan bayi, selain menumbuhkan ikatan, juga bisa menyediakan pengalaman multisensor untuk menstimulasi panca indera bayi.
5.Menemani si Kecil tidur
Jadwal tidur yang konsisten setiap malam penting untuk membangun rutinitas dan kualitas tidur bayi.
6.Peluk bayi
Skin to skin contact dapat memberikan ikatan dan ketenangan bagi ayah dan bayi. Jadi sering-seringlah menggendongnya dan belai dengan lembut.
7.Bicaralah dan bernyanyilah untuk bayi secara teratur
Jangan lupa, lakukan sambil menatap wajah bayi dari dekat. Biarkan bayi bisa merasakan cinta yang terpancar dari tatapan dan suara ayah.
8.Bermainlah dengan bayi setiap hari
Faktanya, bayi baru lahir sudah dapat menikmati waktu bermain sama seperti bayi yang lebih besar. Cara bermain ayah dan bunda mungkin berbeda. Bayi akan senang bermain dengan baik dengan ayah atau pun bunda.
9.Jika memungkinkan, gendong bayi saat ayah melakukan rutinitas harian.
10.Ikuti gerakan dan suara bayi seakan-akan ayah mengerti apa yang bayi bicarakan.
Pada awalnya mungkin Ayah merasa aneh karena seperti sedang berbicara sendiri, namun lama kelamaan Ayah akan merasa terbiasa.
Bagaimana para Ayah? Setelah mengetahui begitu banyaknya manfaat peran ayah bagi tumbuh kembang anak juga relasi suami istri, sudah saatnya untuk kembali berefleksi, sudah sejauh apa peran Ayah dalam keluarga?
Sumber:
Association of Women’s Health, Obstetric and Neonatal Nurses. (2017). Father’s Day: A Father’s Bond with His Newborn Is Just as Important as a Mother’s Bond. Diakses dari
Caesaria, S. D. & Kasih, P. A. (2023, Mei 25). Kompas. Indonesia Urutan Ke-3 "Fatherless Country", Psikolog UGM Sebut 5 Dampaknya. Diakses dari https://www.kompas.com/edu/read/2023/05/25/090000371/indonesia-urutan-ke-3-fatherless-country-psikolog-ugm-sebut-5-dampaknya?page=all.
Dickens, M. & Mangino, K. (2023, November 15). How Paternity Leave Helps Dads’ Brains Adapt to Parenting. Diakses dari https://hbr.org/2023/11/how-paternity-leave-helps-dads-brains-adapt-to-parenting#:~:text=The%20benefits%20of%20paternity%20leave,parents'%20relationship%20with%20each%20other.
Lamb, Michael & Tamis-LeMonda, Catherine. (2004). The Role of the Father: An Introduction. The Role of Father in Child Development.
KumparanNEWS. (2023, 8 Juli). Ternyata Tidak Ada Riset yang Bilang RI Jadi Negara Fatherless Ketiga di Dunia. Diakses dari https://kumparan.com/kumparannews/ternyata-tidak-ada-riset-yang-bilang-ri-jadi-negara-fatherless-ketiga-di-dunia-20k2Dwbfg0Z
CNN Indonesia. (2022, 20 Juni). Daftar Negara yang Sudah Terapkan Cuti Ayah: Spanyol Sampai 4 Bulan. Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220620181004-277-811288/daftar-negara-yang-sudah-terapkan-cuti-ayah-spanyol-sampai-4-bulan#:~:text=Di%20Indonesia%2C%20cuti%20ayah%20ditetapkan,2003%20tentang%20ketenagakerjaan%20pasal%2093.
Mutiara, P. (2022, Oktober 31). 10 Cara Bonding Ayah dan Anak yang Bisa dilakukan Sejak Dini. Diakses dari https://www.haibunda.com/parenting/20221031123014-61-288088/10-cara-bonding-ayah-dan-anak-yang-bisa-dilakukan-sejak-dini
Narasi Daily. (2023, 4 Mei). Indonesia Peringkat 3 Fatherless Country di Dunia, Mempertanyakan Keberadaan ‘Ayah’ dalam Kehidupan Anak. Diakses dari https://narasi.tv/read/narasi-daily/indonesia-peringkat-3-fatherless-country-di-dunia-mempertanyakan-keberadaan-ayah-dalam-kehidupan-anak
Stewart & Park. (2015). Top tips for dads on bonding with your baby. Diakses dari https://www.babycenter.com/family/fatherhood/top-tips-for-dads-on-bonding-with-your-baby_3692