Umumnya, seorang ibu memiliki ikatan yang kuat dengan anaknya. Ikatan yang kuat ini terbangun oleh interaksi yang hadir sejak bayi masih dalam kandungan. Namun, bagaimana jika anak memendam luka batin karena sang ibu tidak seutuhnya hadir secara emosional untuk anak?
“Mother wound” (luka ibu, luka dari ibu) mungkin masih menjadi istilah yang asing bagi sebagian orang. Kata mother wound merujuk pada pengertian tentang luka batin anak yang disebabkan oleh kurangnya perhatian atau kasih sayang emosional dari ibu. Biasanya, ada anggapan bahwa luka batin dari ibu hanya ditemui pada anak perempuan, tapi sebenarnya ini adalah miskonsepsi karena bisa terjadi kepada anak laki-laki juga.
Beberapa dampak mother wound pada anak adalah kurangnya kepercayaan diri, kurang atau tidak memiliki pemahaman yang baik tentang emosi, tidak bisa menenangkan diri sendiri, takut atau tidak ingin menjadi orang tua, gugup atau tidak nyaman ketika bersama ibu, sulit percaya orang lain, dan masih banyak lagi.
Luka Anak, Luka Ibu
Bagaimana seorang anak (atau ibu yang mendapatkan luka batin dari ibunya) mendapatkan mother wound? Berikut ada beberapa penyebab seorang anak bisa terluka secara batin:
1.Ibu yang kasar
Ibu yang menggunakan kekerasan fisik, emosional, ataupun seksual kepada anaknya.
2.Ibu melakukan fauxpology
Fauxpology merupakan tindakan meminta maaf tapi tidak tulus atau benar-benar menyesal dan menyadari kesalahannya.
3.Ibu melakukan guilt tripping dan gaslighting
Guilt tripping adalah perilaku memanipulasi dan menyalahkan–dalam konteks ini–anak, memainkan rasa bersalah yang dimiliki. Sedangkan gaslighting adalah perilaku menolak untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat, membuat korban bertanya-tanya mana yang benar dan mana yang salah karena “mempermainkan” ingatan orang lain.
Baca juga: Bunda Menangislah, Jangan Ditahan
3.Ibu bersifat pasif-agresif
Mengekspresikan ketidaksukaan atau ketidaksetujuan secara tidak langsung, misalnya dengan menunda-nunda, keras kepala, menggunakan sarkasme dalam berkomunikasi, menyalahkan, menyimpan dendam, dan lainnya.
3.Ibu bertindak Deny, Attack, and Reverse Victim & Offender (DARVO)
DARVO adalah pola reaksi yang biasanya digunakan oleh pelaku kekerasan ketika diminta pertanggungjawaban. Membantah, melawan ketika diminta bukti, dan memutar-balikkan keadaan (mengaku sebagai korban supaya tidak dianggap pelaku kekerasan).
4.Ibu bersikap homofobik atau transfobik
Tidak mau menerima orientasi seksual atau identitas gender anak. Selain itu bisa berupa memberikan afeksi atau kasih sayang yang dipaksakan (tidak tulus), tidak menepati janji, dan mempermalukan anak, dan lain-lain.
Anak juga bisa mendapatkan luka batin bila dibesarkan dari ibu yang merupakan seorang pecandu alkohol, obat-obatan, dan memiliki masalah pada kesehatan mental (baik yang telah didiagnosis ataupun yang tidak terawat). Namun tidak selalu permasalahan-permasalahan di atas yang menjadi alasan. Terdapat juga para ibu yang memberikan kebutuhan fisik anak-anak dan juga berinteraksi secara positif dengan anak, tetapi tidak memberikan kasih sayang dan perhatian yang mendalam untuk anak-anaknya, selalu jauh dan tidak memahami kebutuhan emosional anak.
Baca juga: Pola Asuh Tanpa Marah-Marah, Mungkinkah?
The Mother Wound Project
Stephi Wagner, Master of Social Work (MSW) adalah pencetus Mother Wound Project, ia membuat laman Instagram @motherwoundproject dan menyediakan berbagai informasi, komunitas, dan konseling untuk penyintas mother wound.
Pada suatu hari di bulan Desember tahun 2017, Stephi Wagner memiliki ide untuk berbagi pengalamannya di media sosial. Ia bercerita dengan jujur tentang hubungannya yang tidak baik dengan ibunya. Ia berpikir, bagaimana bila ia bisa berbagi tentang sesuatu yang umumnya tidak dibagikan oleh orang lain, yang kemudian bisa menolong orang-orang dengan mother wound juga? Akhirnya, media sosialnya terus bertambah dengan jumlah followers sekarang sebanyak sekitar 70.600.
Pada beberapa publikasi yang dilakukan oleh Stephi dalam media sosialnya, biasanya terdapat juga orang-orang yang menaruh komentar mereka dan bercerita tentang pengalaman mereka yang berkaitan dengan ibu. Tidak jarang, Stephi juga berbagi poin penting dari konseling dengan klien.
Orang-orang yang berbagi cerita atau menjadi klien Stephi tidak hanya seorang anak. Tidak jarang mereka yang sudah menjadi ibu, mendapat luka batin dari ibunya sehingga kemudian memberi luka pada anaknya, dan anaknya kemudian akan menikah dan punya anak, dan siklus pun terulang kembali.
Baca juga: Tips Meredam Emosi Saat Akan Marah Pada Si Kecil
Tips Mengatasi Mother Wound
Ada beberapa cara mengatasi mother wound yang dituliskan dalam situs Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Beberapa cara tersebut adalah:
- Berbicaralah dengan diri sendiri (self talk)
Self talk dengan cara yang kamu harapkan sebagaimana seorang ibu akan berkomunikasi denganmu, dengan gaya komunikasi yang tidak pernah didapatkan dari figur ibu. Kira-kira bagaimana gaya komunikasi yang kamu harapkan dari ibumu? Cobalah untuk berbicara pada dirimu sendiri dengan gaya komunikasi tersebut.
- Journaling
Hadapi segala bentuk mother wound dalam diri kamu dan tuliskan dalam buku secara rutin. Meluapkan perasaan dalam kegiatan journaling perlahan-lahan dapat membantu kamu menghadapi luka batin.
- Akui perasaan positif dan negatif pada ibu
Sadarilah bahwa wajar mempunyai perasaan cinta pada ibu, sekaligus mempunyai perasaan negatif. Perasaan negatif merujuk pada rasa sedih, kecewa, malu, marah, dll. terhadap ibu akibat konflik antara pikiran dan perasaan dalam diri.
- Pahami perjalanan hidup ibumu, dari masa kecil, usia mudanya hingga sekarang
Tanyakan dan cari tahu, bagaimana relasi ibumu dengan ibunya sendiri? Apakah masa kecilnya bahagia? Bagaimana perlakuan suaminya ke dirinya?
Baca juga: Redakan Emosi dengan Metode Butterfly Hug, Anak pun Bisa Melakukannya!
- Perbolehkan dirimu merasa sedih akan hal-hal yang tidak didapatkan dari figur ibu di masa anak-anak
Tidak perlu melawan perasaan negatif tersebut karena justru akan berdampak buruk pada kesehatan mental. Terus ingatkan diri bahwa ibu adalah manusia, yang bisa dan pernah melakukan kesalahan, baik sengaja maupun tidak sengaja.
Sembuhkan dengan Terapi
Walau bukan diagnosis medis atau klinis, mother wound merupakan hal yang sulit disembuhkan. Menurut Psychology Today, terapi menjadi salah satu cara untuk sembuh dari mother wound. Caranya?
- Eksplorasi perasaan inner child
Inner child adalah sisa luka-luka masa kecil yang berdampak ke pembentukan karakter di masa dewasa. Dalam bahasa psikologi, inner child disebut juga sebagai Adverse Childhood Experiences (ACEs).
- Belajar untuk memvalidasi dan mencintai diri sendiri
Fokus untuk menciptakan gambaran emosional dan mental pada saat ini, dan lepaskanlah konsep masa lalu tentang dirimu sendiri yang didasarkan pada interaksi dengan ibu.
- Buatlah batasan hubungan dengan ibu
Batasan yang dibuat tergantung pada kebutuhan dirimu dan kemampuan ibu untuk berubah, yang penting adalah perubahan ini dapat berdampak secara positif dan sehat pada dirimu.
Setiap orang pasti memiliki jalan keluar sendiri dari mother wound. Nikmati prosesnya dan jangan menyalahkan diri sendiri. Segera dapatkan pertolongan dari ahli jika mother wound menghambat aktivitas harian kamu.
Sumber:
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-inner-child
https://pantirapih.or.id/rspr/mother-wound-luka-warisan-dari-ibu/
https://www.psychologytoday.com/intl/blog/addiction-and-recovery/201910/the-mother-wound
https://www.motherwoundproject.com/post/whatisthemotherwound