When I come home, my daughter will run to the door and give me a big hug, and everything that’s happened that day just melts away.
Hugh Jackman

Saat si Kakak Cemburu pada Adik Bayi, Bagaimana Bunda Merespons?

author
Ratih Sukma Pertiwi
Jumat, 26 April 2024 | 10:00 WIB
Sibling rivalry bisa terjadi karena kakak merasa kurang diperhatikan. | Shutterstock

Kehadiran anggota keluarga baru belum tentu menjadi kebahagiaan bagi semua orang. Si Kakak bisa saja merasa cemburu pada adik bayi, apalagi jika usia keduanya berdekatan. Bahkan hal ini bisa menjadi kekhawatiran banyak orang tua sampai akhirnya ragu menambah momongan.

Kondisi ini disebut juga sibling rivalry (persaingan antarsaudara) yang sebetulnya normal terjadi pada hubungan kakak-adik. Meski normal, jika dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan luka batin pada kedua anak, juga memunculkan pertikaian hingga mereka dewasa kelak. Selain itu orang tua pasti merasa lelah selalu dituntut menjadi “wasit” saat mereka bertengkar.

Dilansir dari Cleveland Clinic, psikolog Susan Albers, PsyD mengatakan hubungan antara saudara kandung sangat penting sebagai salah satu hubungan paling awal dan bertahan lama pada seseorang. “Saudara kandung adalah teman sebaya pertama bagi anak, tempat mereka belajar berbagai keterampilan sosial, seperti cara berbagi, mengelola konflik, dan komunikasi,” papar Dr. Albers

Potensi Penyebab Sibling Rivalry

Untuk mengelola perselisihan antarsaudara, tentu Bunda harus mengetahui dulu potensi penyebabnya.

Bagi kakak atau anak sulung, orang tua adalah sumber kenyamanan, keamanan, dan kekaguman terbesarnya. Saat adik datang, kakak merasa perlu bersaing untuk mendapatkan perhatian orang tuanya.

Apalagi jika Ayah dan Bunda tanpa sengaja memperlakukan bayi sedikit berbeda, dalam cara berbicara, berinteraksi, dan bereaksi. Meski perbedaannya sangat kecil, kondisi ini bisa membuat si Kakak cemburu. Mungkin dalam hatinya kakak bertanya-tanya, “Mengapa Bunda hanya bersikap baik pada Adik?” atau “Mengapa Ayah bicara manis hanya pada Adik, padahal aku anak Ayah juga?” Dinamika ini, menurut Dr. Albers, bisa menjadi akar persaingan antarsaudara dan bisa merusak hubungan keluarga jika tidak segera disadari oleh orang tua.

Sibling rivalry bahkan bisa berdampak hingga dewasa, misalnya menurunkan rasa percaya diri, kesulitan mempertahankan hubungan persahabatan, kesulitan mengelola konflik, serta gangguan kesehatan mental, seperti depresi, stres, atau kecemasan.

Baca juga: Sibling Rivalry: Kenapa Cuma Adik yang Disayang?

Hal Sederhana untuk Mengatasi Sibling Rivalry

Terdapat beberapa cara sederhana, namun harus konsisten dilakukan, untuk mengurangi rasa cemburu kakak pada adiknya:

1.Persiapkan si kakak untuk kehadiran adik bayi.

Ajak adik ngobrol sama adik bayi dalam kandungan, bacakan cerita tentang cinta antar saudara, atau kunjungi keluarga yang memiliki bayi,

2.Beri tahu keuntungan memiliki saudara

Bunda bisa memberitahu bahwa adik bayi adalah sahabat kakak yang akan bisa diajak bermain bersama.

3.Libatkan kakak saat berbelanja kebutuhan bayi

Dengan terlibat memilihkan baju, boneka, selimut, dan perlengkapan bayi lainnya, kakak merasa dihargai dan dibutuhkan.

4.Libatkan kakak saat bunda mengasuh bayi

Berikan tugas “penting” pada kakak, misalnya memilihkan baju yang akan dipakai bayi setelah mandi, mengambilkan popok, dan sebagainya.

5.Berikan waktu berdua kakak dan adik

Interaksi antara kakak dan adik akan meningkatkan ikatan emosional mereka. Berikan mereka waktu berdua namun Bunda tetap wajib mengawasi. Ajarkan bagaimana memegang atau mengusap bayi dengan perlahan, bahkan menggendong atau memangku bayi sesuai kemampuan si kakak.

Jika dibiarkan berlarut-larut, sibling rivalry menimbulkan perselisihan hingga dewasa, kecemasan, bahkan depresi. | Shutterstock

6.Luangkan waktu orang tua khusus untuk kakak

Lakukan bersama hal-hal yang disukai kakak, seperti bermain di taman, makan es krim kesukaannya, membaca buku cerita, atau menonton film kartun favoritnya. Dengan begitu, kakak tidak merasa ditinggalkan atau kurang perhatian.

7.Jangan lupa beri pujian pada kakak

Pada pencapaian sekecil apa pun, jangan lupa memuji kakak, termasuk ketika kakak membantu mengurus adik.

8.Ajarkan kakak mengutarakan perasaannya

Ini penting banget, Bun! Saat kakak merasa sedih, kesepian, atau ada hal yang membuatnya tak nyaman, ajak kakak ngobrol. Misalnya, saat kakak merasa Bunda lebih perhatian pada adik. Dengan adanya hubungan orang tua-anak yang lebih terbuka, konflik sibling rivalry bisa diselesaikan dengan lebih baik.

Baca juga: 7 Tips Atasi Sibling Fight 

Pengingat untuk Para Orang Tua…

Dr. Albers memberi saran untuk mencegah dan mengatasi sibling rivalry di keluarga Bunda. Kuncinya, orang tua harus berupaya sungguh-sungguh untuk memupuk kerja sama, mengurangi pilih kasih, dan fokus pada permasalahan. “Tidak ada cara menghentikan perselisihan selamanya, namun banyak cara meminimalkan konflik.”

1.Ciptakan lingkungan kooperatif

Hindari pilih kasih pada anak-anak, membandingkan mereka, atau menciptakan kompetisi yang tidak sehat di antara mereka. Sebaliknya, ciptakan kondisi yang memungkinkan anak-anak bekerja dan bermain bersama.

2.Jadi role model yang baik

Anak usia dini meniru orang-orang dewasa di sekeliling mereka. Saat orang tuanya bersikap kasar atau membanting pintu saat bertengkar, maka anak-anak bisa menirunya. Mereka berpikir itu adalah cara yang tepat mengatasi masalah.

“Sebaiknya perlihatkan pada anak saat orang tua berbagi pekerjaan bersama bahkan berbagi potongan kue bersama, juga saling meminta maaf jika berbuat kesalahan,” terang Dr. Albers.

3.Hargai anak sebagai individu

Mulailah menghargai anak-anak kita dengan tidak melabeli mereka menggunakan karakteristik tertentu. Sebaliknya, hargai pencapaian dan skill mereka. “Contohnya, dari pada menyebut ‘Dina si Paling Artistik’, lebih baik menyebutnya dengan ‘Dina anak yang sangat berbakat di bidang seni, sangat peduli pada teman-teman, dan belajar dengan giat di sekolah’.”

Perlihatkan bahwa mereka masing-masing individu spesial bagi orang tuanya. Habiskan waktu berkualitas bersama mereka, tetapi juga berikan masing-masing waktu “me time”.

4.Waktu bersama keluarga

Luangkan waktu untuk makan malam bersama, bermain board games, berolahraga di taman, dan sebagainya yang dapat meningkatkan ikatan antarsaudara.

5.Perlakukan anak dengan adil bukan sama

Terkadang orang tua menilai bahwa berlaku adil berarti sama. Seharusnya tidak demikian ya, Bun. Semua disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Tidak perlu membelikan dua mainan yang sama agar tidak bertengkar, tapi belilah yang sesuai usia dan minatnya.

 

Bagaimana, Bun? Semoga cukup terbantu, ya! Namun perlu diingat juga, bukan berarti rumah yang ideal adalah yang tanpa perselisihan antarsaudara. Sesekali bertengkar itu wajar. Seperti kata Dr. Albers, “Tidak ada cara menghentikan perselisihan selamanya, namun banyak cara meminimalkan konflik.”

 

 

Sumber:

https://health.clevelandclinic.org/sibling-rivalry

https://www.orami.co.id/magazine/kakak-cemburu-pada-adik-bayi

https://sg.theasianparent.com/dealing-with-first-born-jealousy-towards-a-newborn-sibling#:~:text=Experts%20say%20that%20it%20is,even%20aggression%20towards%20the%20baby.

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi