When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

Cek, Bun! 13 Ciri-Ciri Anak Mengalami Kekurangan Zat Besi

author
Ratih Sukma Pertiwi
Kamis, 18 Juli 2024 | 13:43 WIB
Sering kelelahan merupakan salah satu gejala kekurangan zat besi . | Shutterstock

Beberapa tanda fisik pada anak sebaiknya diwaspadai sebagai gejala kekurangan zat besi, Bun. Diantaranya adalah sulit berkonsentrasi saat belajar, sering kelelahan, nafsu makan menurun, serta penambahan berat dan tinggi badan tidak signifikan.

Kekurangan zat besi berdampak pada terhambatnya tumbuh kembang anak, terlebih pada masa balita dan sekolah. Dilansir dari situs Cleveland Clinic, mikronutrien ini berperan dalam pembentukan hemoglobin, metabolisme tubuh, proses pencernaan, pengaturan suhu tubuh, daya tahan tubuh, juga kecerdasan.

Selain stok zat besi yang sudah ada di dalam tubuh anak, anak juga butuh mengonsumsi sumber makanan yang kaya zat besi. Namun perlu dipahami, zat besi terdiri dari dua jenis, yaitu zat besi heme dan zat besi non-heme. Mana yang lebih baik?

-Zat besi heme

Zat besi jenis heme lebih mudah diserap oleh tubuh, yaitu sekitar 10-40%. Dapat ditemukan pada sumber makanan hewani seperti daging merah, daging ayam, hati ayam, hati sapi, telur, ikan, udang, juga cumi. Jika si Kecil suka makan cumi, cek di sini untuk mengetahui cara mengolah cumi agar tidak alot, Bun!

-Zat besi non-heme

Zat besi jenis non-heme lebih sulit diserap oleh tubuh, yaitu hanya sekitar 5%. Terkandung pada sumber makanan nabati, seperti sayuran berdaun hijau gelap seperti bayam, kale dan bokoli, kacang-kacangan, gandum, tempe, dan tahu.

Namun, bukan berarti zat besi non-heme tidak baik dikonsumsi. Bunda bisa memvariasikan pemberian zat besi heme dan non-heme pada anak. Selain itu, menurut berbagai studi ilmiah, penyerapan zat besi non-heme bisa ditingkatkan dengan bantuan makanan kaya vitamin C. Misalnya, Bunda bisa memberikan jeruk setelah anak makan tempe, tahu, atau sayuran hijau.

Baca juga: Waspada! Anemia Defisiensi Besi (ADB) Dapat Mengganggu Perkembangan Kecerdasan Anak

Gejala Kekurangan Zat Besi

Anak yang kurangan zat besi bisa berisiko mengalami beragam gangguan kesehatan, seperti anemia defisiensi besi, keterlambatan tumbuh kembang, hingga gangguan kognitif. Apa saja tanda-tanda anak yang mengalami kekurangan zat besi?

1.Kulit pucat, termasuk bibir, gusi, kelopak mata

2.Sering kelelahan

3.Sering merasa kedinginan

4.Sering berkeringat di bagian telapak tangan atau kaki

5.Sulit konsentasi, termasuk saat belajar

6.Mood swing

7.Nafsu makan terganggu

8.Berat dan tinggi badan tidak sesuai usia

9.Sering mengalami infeksi berulang, seperti batuk, pilek, flu

10.Rambut rontok

11.Kuku rapuh dan pucat

12.Mengidap PICA, yaitu gangguan makan yang tidak umum, seperti makan kertas, rambut, pasir, dan kapur.

13.Napas pendek saat berolahraga

Baca juga: Rekomendasi Dosis Suplemen Zat Besi untuk Anak Menurut IDAI

Beragam makanan kaya zat besi. | Shutterstock

Penyebab dan Cara Mencegah

Selain pemberian nutrisi yang tidak mencukupi, ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kekurangan zat besi pada anak dikutip dari Mayo Clinic:

-Anak sulit makan atau pilih-pilih makanan

-Mengalami gangguan penyerapan nutrisi

-Lahir sebagai bayi prematur atau bayi berat lahir rendah (BBLR)

-Ibu memiliki riwayat kekurangan zat besi, terutama saat hamil

-Mengonsumsi susu sapi atau kambing sejak usia di bawah 1 tahun

-Mengonsumsi susu formula yang tidak difortifikasi dengan zat besi

-Anak tidak diberikan MPASI dengan gizi seimbang sejak usia 6 bulan

-Anak mengalami kelebihan  berat badan atau obesitas

-Anak sudah mengalami menstruasi

Untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya kekurangan zat besi pada anak, langkah pertama yang bisa Bunda lakukan tentunya memberikan asupan kaya zat besi.

Suplemen zat besi dapat juga diberikan, namun harus atas rekomendasi dokter sehingga pemberiannya sesuai kebutuhan anak. Berapa dosis harian zat besi anak?

  • 0-6 bulan 0,3 mg per hari, terpenuhi melalui ASI eksklusif
  • 7-11 bulan 7-11 mg per hari
  • 1-3 tahun 7 mg per hari
  • 4-8 tahun 10 mg per hari
  • 9-13 tahun 8 mg per hari
  • 14-18 tahun 15 mg per hari (perempuan) dan 11 mg per hari (laki-laki)

Agar anak terhindar dari kekurangan zat besi, penuhi selalu kebutuhannya melalui pemberian makanan yang kaya zat besi setiap hari sesuai usia dan dosis hariannya.

 

Sumber:  

https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/childrens-health/in-depth/iron-deficiency/art-20045634

https://health.clevelandclinic.org/what-causes-iron-deficiency-in-your-child-and-how-to-spot-it

https://ahligizi.id/blog/2021/07/02/beda-besi-heme-dan-non-heme/

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi