When I come home, my daughter will run to the door and give me a big hug, and everything that’s happened that day just melts away.
Hugh Jackman

Puluhan Anak Kasus Gagal Ginjal. Yuk, Ketahui Faktor Resiko dan Cara Mencegah Si Kecil dari Gagal Ginjal.

author
Dinda Karunia Putri
Jumat, 16 Agustus 2024 | 13:13 WIB
Proses cuci darah |

Bunda, belakangan sejumlah rumah sakit mengalami lonjakan pasien anak-anak yang menjalani cuci darah akibat dari gagal ginjal yang dialami. Kabar ini tentu cukup mengagetkan, mengingat cuci darah identik dengan orang berusia lanjut.

Gagal ginjal merupakan kondisi ketika ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik karena adanya kerusakan pada organ tersebut. Dan hal ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi anak-anak juga bisa terkena. Dilaporkan di dunia, kasus gagal akut pada anak sebesar 33% yang mengalami rawat inap di rumah sakit, dengan angka kematian sebesar 13,8%. 

Di Indonesia sendiri angka kasus diabetes dan gagal ginjal anak terus mengalami tren kenaikan yang mengkhawatirkan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengonfirmasi kasus diabetes anak meningkat 70 persen sejak 2010 hingga 2023. Artinya, terjadi peningkatan signifikan jumlah pasien cuci darah (hemodialisis) pada usia muda. Sementara itu berdasar survei IDAI, 1 dari 5 anak usia 12-18 tahun urinenya mengandung hematuria atau proteinuria sebagai gejala awal gagal ginjal. 

Apa faktor resiko gagal ginjal pada Si Kecil? 

  • Sering Makan & Minum yang Manis

Jangankan orang dewasa dengan minuman kopi kekinian dan teh dalam kemasan, anak-anak pun sudah akrab dengan susu cair kemasan dan snack manis yang kadar gulanya tinggi. Sama dengan makanan asin, makanan dan minuman instan semacam ini sudah dianggap sebagai menu harian.

Terlalu banyak gula dalam tubuh bisa menyebabkan obesitas yang meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan diabetes, yang mana keduanya merupakan penyebab utama penyakit ginjal.

Diabetes secara langsung dapat memengaruhi kerusakan vaskuler atau pembuluh darah ginjal. Pembuluh darah pada ginjal berperan penting dalam menyaring limbah dan cairan berlebih dari darah. Dengan adanya diabetes, potensi kerusakan pada pembuluh darah akan lebih tinggi yang akhirnya dapat mengganggu fungsi ginjal.

Baca juga: Benarkah Anak Bisa Terkena Batu Ginjal?

  • Konsumsi Makanan Tinggi Garam

Kerusakan ginjal di usia pada anak salah satunya disebabkan oleh konsumsi garam berlebih. Mungkin masakan di rumah tidak terlalu asin, namun snack kemasan, mi instan, sosis, keju olahan, dan jajanan kekinian saat ini mengandung garam berlebih dan sudah menjadi menu sehari-hari.  

Makanan tinggi garam bisa meningkatkan tekanan darah dan pada gilirannya merusak ginjal. Coba cermati label makanan kemasan sebelum membeli, kurangi pula penggunaan garam dalam menu sehari-hari.

  • Sering Makan Makanan Olahan

Nugget, daging burger, sosis merupakan contoh makanan olahan. Makanan olahan semacam ini tak lagi menjadi barang mewah saat ini, sehingga makin banyak yang menjadikannya menu harian, bahkan untuk bekal sekolah dan jajanan di pinggir jalan. 

Padahal, makanan olahan menjadi sumber sodium (garam) dan fosfor. Kadar fosfor yang terlalu tinggi bisa membahayakan ginjal dan tulang.

Yuk, beri anak makanan "utuh", seperti ayam masih dalam bentuk ayam (bukan sosis), ikan masih dalam bentuk ikan (bola-bola ikan), dan udang masih dalam bentuk udang (bukan "tempura" instan). Selain lebih sehat karena minim proses, bumbunya bisa kita atur sendiri.

  • Kurang Minum Air Putih

Bunda juga perlu memperhatikan kebutuhan air putih Si Kecil. Meski maraknya minuman anak kemasan, serta gaya hidup turut menormalisasi minuman manis dalam keseharian, namun faktanya, kandungan gula di dalamnya tidak baik untuk Si Kecil. 

Minum air putih sesuai anjuran, membantu ginjal membersihkan sodium dan racun dari tubuh. Minum air putih yang banyak juga menjadi cara untuk menghindari terbentuknya batu ginjal.

Baca juga: 2 Kasus Baru Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) Ditemukan di Jakarta, Dinas Kesehatan Masih Telusuri Penyebabnya 

  • Kurangnya Aktivitas

Tren mager atau malas gerak kian naik. Data Riset Kesehatan Dasar menunjukkan, ini karena terjadi penurunan aktivitas fisik pada anak-anak dan remaja, usia 10-19 tahun. Pada anak-anak usia 10-14 tahun, riset menyebutkan, hanya 35,6 persen anak dengan aktivitas cukup. Sedangkan pada rentang usia yang sama, anak-anak yang kurang aktivitas fisik hingga 64,4 persen. 

Perbandingan tipis juga terjadi pada penduduk usia muda 15-19 tahun. Di mana 50,4 persen remaja beraktivitas cukup, sedangkan 49,6 persen di antaranya kurang aktivitas fisik. 

Anak-anak dan remaja yang tidak cukup banyak gerak lebih rentan terkena tekanan darah tinggi, penyakit jantung, hingga diabetes tipe 2. Selain itu, kurang aktivitas fisik juga bisa meningkatkan risiko tulang rapuh, osteoporosis, dan atrofi otot ketika mereka beranjak dewasa dan bertambah usia.

  • Terlalu Sering Minum Obat 

Dalam kondisi khusus pada Si Kecil Moms mau tidak mau harus memberinya obat. Padahal, terlalu sering mengonsumsi obat tidak baik untuk ginjal Si Kecil, khususnya jika bunda atau ayah memiliki riwayat penyakit pada ginjal. Baiknya, konsultasikan pada dokter untuk mengindari risiko yang terjadi, meski harus meminum obat setiap hari. 

  • Makan Makanan Tinggi Lemak

Bunda juga perlu memperhatikan komposisi pada makanan yang dikonsumsi Si Kecil. Meski makanan lemak jenuh dibutuhkan Si Kecil akan tetapi ini bisa menumpuk di organ tubuh. Bukan hanya di bawah kulit, pembuluh darah, jantung, dan ginjal adalah tempat menumpuknya lemak yang bisa membahayakan tubuhnya. Berdasarkan Angka Kebutuhan Gizi (AKG) masing-masing usia, berikut jumlah kebutuhan lemak per hari yang perlu dipenuhi menurut Kemenkes RI adalah anak-anak usia 1-6 tahun membutuhkan total lemak per hari sebanyak 45-50 gram. Remaja laki-laki dengan usia 13-18 tahun memerlukan total lemak per hari yaitu 80-85 gram. Sementara, remaja perempuan usia 13-18 tahun butuh total lemak per hari sebanyak 70 gram. 

Bagaimana Cara Mencegah Gagal Ginjal dan Cuci Darah pada Si Kecil?

Untuk merawat organ ginjal, kita dapat mengajak Si Kecil untuk menjalani pola hidup yang sehat, antara lain:

- Hindari Si Kecil dari minuman manis dan minuman kemasan.

- Berikan air putih sesuai kebutuhan tubuh Si Kecil sesuai dengan usia:

  • Anak-anak (1-3 tahun): 800-1.000 ml per hari.
  • Anak-anak (4-8 tahun): 1.200-1.600 ml per hari.
  • Remaja (9-13 tahun): Perempuan sekitar 1.600-2.000 ml dan laki-laki sekitar 2.000-2.400 ml air putih per hari direkomendasikan.
  • Remaja (14-18 tahun): Perempuan sekitar 1.800-2.200 ml dan laki-laki sekitar 2.200-3.200 ml per hari direkomendasikan.

- Batasi asupan garam, terutama pada anak dibawah usia 1 tahun.

- Biasakan ajak Si Kecil untuk berolahraga agar aliran darah ke organ-organ tubuh seperti jantung dan ginjal akan beredar dengan lancar.

Karena itulah sangat penting bagi orang tua untuk bisa mengambil peran penting dalam menciptakan lingkungan makan yang positif dan memastikan makanan yang sehat untuk dikonsumsi oleh Si Kecil agar terhindar dari gagal ginjal dan cuci darah di usia yang masih dini. 

Yuk, Bunda mulai membiasakan Si Kecil untuk konsumsi makanan real food dan olahraga rutin untuk menjaga kesehatan Si Kecil.



Sumber:
https://skata.info/article/detail/1720/heboh-cuci-darah-pada-anak-dan-remaja-apa-penyebab-ginjal-rusak

https://www.haibunda.com/parenting/20240808092821-65-344267/masalah-kesehatan-yang-bikin-anak-harus-cuci-darah-definisi-gejala-cara-mencegahnya 

https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/50730/t/Kasus%20Diabetes%20dan%20Gagal%20Ginjal%20Anak%20Meningkat 

https://telemed.ihc.id/artikel-detail-876-Jumlah-Konsumsi-Air-Putih-Yang-Baik-Untuk-Tubuh.html#:~:text=2.%20Anak%2Danak%20(1,1.200%2D1.600%20ml%20per%20hari

https://www.rri.co.id/kesehatan/335596/tren-mager-naik-anak-anak-dan-remaja-dominan 

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/aktivitas-fisik-anak/ 
https://www.klikdokter.com/gaya-hidup/diet-nutrisi/kebutuhan-lemak-per-hari?srsltid=AfmBOoptKNlRXoHI1GibkpPn1e-IaExcpwZp-gwZ2tVeyFRCmyjwbzxe

Penulis Dinda Karunia Putri
Editor Dewi Shinta N