Keep your face always toward the sunshine, and shadows will fall behind you
Walt Whitman

Vasektomi Aman untuk Suami? Ini penjelasannya!

author
Dinda Karunia Putri
Jumat, 4 Oktober 2024 | 10:50 WIB
Vasektomi |

Bunda, sudah tahu belum kalau ada kontrasepsi permanen buat suami? kontrasepsi ini disebut vasektomi yang bisa menjadi pilihan kontrasepsi yang aman. Namun, sebelum mengambil keputusan untuk vasektomi, ada baiknya Bunda dan Ayah mengenal terlebih dahulu apa itu vasektomi, keunggulan, dan risikonya. 

Apa itu Vasektomi?

Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi pada pria yang dinilai paling efektif bagi pria yang sudah menikah dan tidak ingin menambah anak lagi. Efek kontrasepsi dari prosedur ini bersifat permanen sehingga sering juga disebut istilah KB steril, tetapi pria tetap bisa melakukan ejakulasi. Hanya saja, air mani yang dikeluarkan melalui ejakulasi tidak mengandung sperma sehingga proses pembuahan sel telur pun tidak akan terjadi. 

Metode pada vasektomi ini masih menimbulkan kekhawatiran seperti dapat mempengaruhi gairah seksual pria. Faktanya, tidak demikian.

Baca juga: Anyang-Anyangan Mengganggu Aktivitas Sehari-hari? Atasi Dengan 8 Cara Ini! 

Ayah yang melakukan vasektomi, tetap bisa merasakan ereksi dan bahkan ejakulasi. Ini karena vasektomi tidak mempengaruhi produksi hormon testosteron pada pria. Meskipun beberapa saat setelah dilakukan vasektomi terkadang muncul rasa nyeri di bagian testis, namun Ayah tenang saja, karena ini hanya bersifat sementara. 

Keunggulan Vasektomi

Terdapat sejumlah keunggulan yang membuat banyak pasangan suami istri memilih untuk melakukan kontrasepsi melalui prosedur vasektomi, diantaranya sebagai berikut:

  1. Sangat efektif. Vasektomi adalah prosedur kontrasepsi yang memiliki tingkah keberhasilan hingga mencapai 99% untuk mencegah kehamilan.
  2. Cenderung minim resiko dan efek samping.
  3. Tidak mempengaruhi gairah dan kualitas hubungan seksual. Pria yang telah menjalani vasektomi tetap bisa mengalami ereksi, orgasme, dan ejakulasi. 

Secara umum, prosedur pelaksanaan vasektomi dapat dibedakan menjadi dua metode, yaitu vasektomi konvensional dan vasektomi tanpa sayatan. 

  • Vasektomi Konvensional

Vasektomi konvensional adalah prosedur pembedahan yang dilakukan dengan membuat sayatan pada dua area, yaitu bagian bawah penis dan bagian atas skrotum. Dokter dapat membuat 1-2 sayatan kecil di sisi skrotum untuk menjangkau saluran sperma. Lalu, saluran sperma tersebut akan diikat atau dipotong untuk memutus atau menghambat jalur keluarnya sperma.

  • Vasektomi Tanpa Sayatan 

Vasektomi tanpa sayatan merupakan prosedur minimal invasif yang dilakukan dengan cara menahan saluran vas deferens menggunakan penjepit kecil di bagian luar kulit skrotum. Setelah itu, dokter dapat membuat lubang kecil pada kulit skrotum dan memasukkan alat penjepit khusus untuk mengeluarkan vas deferens. 

Risiko Komplikasi yang Dapat Terjadi setelah Vasektomi

Sebagai metode kontrasepsi permanen, vasektomi memiliki keunggulan sebagai prosedur yang aman. Namun, sama seperti prosedur medis lainnya, vasektomi juga memiliki risiko terjadinya komplikasi meskipun jarang terjadi. Risiko tersebut meliputi:

- Perdarahan atau pembekuan darah (hematoma) di skrotum
- Terdapat darah di air mani
- Penumpukan cairan di testis
- Kista abnormal di epididimis (spermatokel)
- Infeksi pada lokasi operasi yang disertai dengan demam atau kemerahan 
- Rasa nyeri pada testis yang berlangsung lama 
- Granuloma sperma, yaitu benjolan keras atau infeksi pada skrotum karena kebocoran sperma
- Hidrokel, berupa kantong berisi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada skrotum

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah vasektomi tidak melindungi pria dari penyakit menular seksual. Sehingga, untuk mencegahnya, pria dianjurkan hubungan seksual secara sehat dengan tidak berganti-ganti atau tetap menggunakan kondom. 

Baca juga: 8 Tanda Bunda Tidak Cocok Pakai KB Suntik

Ayah, prosedur vasektomi juga dapat dipertimbangkan jika pasangan memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk hamil kembali atau memiliki kelainan genetik yang tidak ingin diwariskan ke anak. Bukan hanya itu, perlu Ayah ketahui tidak semua pria dapat melakukan prosedur ini, khususnya mereka yang mengidap penyakit testis tertentu, sebaiknya konsultasikan lebih dulu ke dokter. 


Sumber artikel:

Penulis Dinda Karunia Putri
Editor Dinda Karunia Putri