What it’s like to be a parent: It’s one of the hardest things you’ll ever do but in exchange it teaches you the meaning of unconditional love.
Nicholas Sparks

Kapan Anak Siap Ditinggalkan Sendiri Di Rumah?

author
Dini Adica
Kamis, 13 Februari 2025 | 17:38 WIB
Kapan Bunda bisa meninggalkan anak sendiri di rumah, semuanya tergantung kesiapan anak. | Shutterstock/Rawpixel

Meskipun anak terlihat mandiri di rumah, tetapi belum tentu berani dan mampu ketika ia harus ditinggal sendiri di rumah tanpa pengawasan orang tua. Entah karena Bunda ada urusan kerja, situasi darurat (ada keluarga yang meninggal dunia), atau berobat ke rumah sakit di mana anak tidak perlu ikut.

Wajar jika Bunda sebagai orang tua khawatir ketika harus meninggalkan anak sendiri di rumah untuk kali pertama. Namun sebenarnya Bunda bisa mempersiapkan diri, sehingga lebih percaya diri ketika tiba waktunya untuk mengajarkan anak mandiri tanpa pengawasan.

Saat Bunda dan Si Kecil berhasil melaluinya dengan baik, hal itu juga bisa memberikan pengalaman yang positif bagi anak. Anak jadi lebih percaya diri dan mandiri.

Baca juga: 7 Tips Agar Resolusi Tahun Barumu Bisa Tercapai

Risiko meninggalkan anak sendiri di rumah

Sebelum memutuskan untuk membiarkan anak beraktivitas di rumah tanpa ditemani orang tua, Bunda perlu mengetahui beberapa risiko meninggalkan anak sendiri di rumah, di antaranya:

• Anak yang masih terlalu kecil belum tahu cara menghadapi situasi darurat atau bahaya. entah itu situasi yang dipicu peristiwa di luar atau di dalam rumah.
• Anak-anak masih punya rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga mereka sering melakukan hal-hal berisiko. Misalnya, menyalakan kompor, bermain korek api, memanjat-manjat tangga, dan sebagainya.
• Kemungkinan ada orang di luar yang tahu bahwa anak-anak sedang tidak ada yang mengawasi, sehingga mereka mencoba melakukan hal-hal yang tidak bertanggungjawab.
• Pada anak tiba-tiba muncul rasa kesepian, takut, atau cemas ketika menyadari tidak ada orang-orang terdekatnya di rumah.
• Risiko terjadinya musibah seperti anak menelan makanan, kesetrum, kebakaran, dan lain sebagainya.

Baca juga: Lapar Terus Saat Mens? Ini Penyebabnya!

Kapan anak siap ditinggalkan di rumah?

Umumnya anak usia 12 ke atas cukup aman untuk ditinggalkan sendiri di rumah, kata psikolog klinis Dr. Sheryl Gonzalez Ziegler mengutip saran American Academy of Pediatrics (AAP). Menurut Dr. Ziegler, anak-anak praremaja sudah mulai mandiri dengan berjalan ke minimarket atau ke rumah teman.

Namun tentunya, semua kembali pada kesiapan anak. Bunda perlu memikirkan kenyamanan, kedewasaan, kesehatan emosional dan fisik anak, serta akses pada bantuan ketika anak membutuhkan.

Berikut panduan meninggalkan anak sendiri di rumah menurut American Academy of Pediatrics:

0 - 7 tahun: tidak boleh ditinggalkan sendiri dalam waktu lama, termasuk di dalam mobil, di playground, atau di dalam rumah tanpa diawasi orang yang lebih dewasa
8-10 tahun: tidak boleh ditinggalkan sendiri lebih dari 1-2 jam, dan sebaiknya hanya ditinggalkan pada siang dan sore hari
11-12 tahun: bisa ditinggalkan sendiri maksimal 3 jam, tetapi hanya pada siang dan sore hari.
13-15 tahun: bisa ditinggalkan sendiri tetapi tidak sepanjang malam
16-17 tahun: bisa ditinggalkan sendiri hingga 1-2 malam berturut-turut

Baca juga: Tinggi Badan Si Kecil yang Ideal sesuai Usianya

Tips jika harus meninggalkan anak di rumah

Dr. Ziegler mengatakan bahwa orang tua tetap perlu mempertimbangkan beberapa faktor sebelum meninggalkan anak sendiri di rumah, lamanya waktu saat ditinggalkan, dan apakah lingkungan di sekitar rumah tergolong aman atau tidak.

Untuk meminimalkan segala risiko saat meninggalkan anak di rumah, pertimbangkan hal-hal berikut:

Apakah anak bisa memecahkan masalah sendiri?

• Pastikan anak mampu menyiapkan makanan sendiri, mandi dan BAB, atau jika terkena luka lecet bisa mencari plester luka untuk mengatasi luka-luka ringan seperti lecet, mimisan, atau tersundut api.
• Pastikan pagar, jendela, dan pintu rumah tertutup atau terkunci, namun beritahu anak letak kunci rumah dan pagar agar ia tahu cara keluar dari rumah jika situasi di dalam rumah mengharuskannya.
• Beritahu anak cara memakai peralatan memasak atau peralatan elektronik lain, namun simpan semua benda yang berisiko dijadikan mainan oleh anak.

Apakah anak siap secara emosional?

• Pastikan anak mampu mengikuti aturan dan menghargai batasan yang Bunda berikan. Misalnya, meskipun Bunda meninggalkan ponsel atau laptop di rumah, anak tidak tergoda untuk membuka situs-situs dewasa, judol atau pinjol, atau konten kekerasan.
• Pastikan anak memahami untuk tidak membukakan pintu untuk sembarang orang, tetap tinggal di rumah dan tidak keluyuran tanpa mengunci rumah.
• Cek secara berkala dengan menghubunginya melalui telepon atau video call untuk memastikan keadaan mereka baik-baik saja. “Namun jangan melakukannya secara berlebihan supaya mereka tidak merasa tidak dipercaya,” ujar Dr. Ziegler.

Baca juga: Perjuangan Meutya Hafid Mendapatkan Buah Hati Diangkat ke Film

Apakah anak bisa mencari bantuan?

• Ajarkan anak untuk menghubungi tetangga, saudara, atau orang kepercayaan keluarga lainnya jika terjadi sesuatu di mana ia membutuhkan bantuan.
• Tinggalkan nomor telepon Bunda pada tetangga atau teman yang tinggal di sekitar rumah (misalnya sesama orang tua siswa) sehingga mereka bisa menghubungi Bunda jika terjadi sesuatu.
• Jangan lupa charge semua peralatan komunikasi agar anak bisa menghubungi Bunda kapan saja.

Sekali lagi, meninggalkan anak sendiri di rumah adalah keputusan masing-masing orang tua, karena Bunda yang tahu kesiapan anak. Namun anak bisa diajarkan agar siap dan berani ketika orang tua terpaksa harus membiarkannya sendiri di rumah selama beberapa jam.

Sumber:
https://www.today.com/parents/family/when-can-kids-stay-home-alone-rcna172938
https://ai-care.id/mom-and-kids/right-age-leaving-kids-home-alone-safety-en-en#:~:text=8%2D10%20years%20old%20%2D%20should,unsupervised%20but%20not%20all%20night
https://www.dailyrecord.co.uk/lifestyle/what-legal-age-can-kids-34617153
https://kidshealth.org/en/parents/home-alone.html

Penulis Dini Adica
Editor Dini Adica