
Media sosial memang biasa menjadi ajang bagi kita untuk pamer. Entah itu pamer prestasi anak, hasil masakan, atau foto kongkow bersama teman-teman. Namun ada juga orang yang flexing hal-hal yang membuat pengikutnya kagum, seperti flexing barang branded, jabatan yang mentereng, atau selfie bersama orang-orang penting.
Namun setelah membaca-baca dan memperhatikan pola kebanyakan orang saat memposting akun media sosialnya, ada beberapa hal yang hanya dipamerkan oleh kalangan middle class alias kelas menengah. Sedangkan orang yang kaya "dari sononya" alias old money biasanya justru tidak suka pamer.
Yuk, kita spill tujuh hal yang sering dipamerkan kalangan middle class, tapi jarang dilakukan orang kaya beneran!
Baca juga: Kasus Arra, dan Fenomena Anak yang Berkembang Lebih Cepat dari Kacamata Peneliti
1. Logo Brand Segede Gaban
Pernah nggak ketemu orang yang bajunya dari atas sampai bawah full brand? T-shirt Balenciaga, tasnya Dior Book Tote, belt dari Chanel… pokoknya yang semua orang bisa lihat. Atau, pakaian branded dengan logo merek atau desainer segede gaban.
Bukannya Bunda tidak boleh pakai barang branded, ya. Namun orang-orang yang beneran kaya cenderung memilih desain simpel dan elegan. Atau koleksi signature yang biasanya hanya dikenali orang-orang yang paham fashion.
Orang yang kaya beneran lebih suka kualitas, bukan yang mempertontonkan logo gede yang malah terkesan lebay. Kenapa? Karena mereka nggak butuh validasi dari orang lain. Sedangkan kelas menengah, kadang beli barang mewah cuma biar dipuji.
2. Jabatan yang Panjang dan Ribet
Di LinkedIn kamu pernah melihat orang dengan jabatan super panjang: Chief Visionary Director & Market Expansion Strategist. Padahal karyawan kantornya mungkin cuma tiga orang.
Sementara orang-orang kaya dan sukses, malah membuat jabatannya simpel: CEO atau Founder. Buat mereka, hasil kerja lebih penting daripada job title yang keren tapi kosong makna.
3. Terobsesi Beli Mobil Baru Terus
Yang satu ini pasti sering banget kelihatan, Bun. Ada orang yang tiap dua tahun ganti mobil, cuma biar kelihatan sukses. Padahal begitu keluar showroom, nilai mobilnya langsung turun.
Sementara, kalangan old money biasanya malah pakai mobil lama yang masih oke. Bukan karena pelit, tapi karena mereka tahu uang mereka bisa diputar untuk hal lain yang lebih menguntungkan. Ingat, mobil mewah tidak selalu merupakan tanda kekayaan. Kadang cuma tanda cicilan baru!
Baca juga: Tajir Melintir, Ben Affleck Ogah Belikan Anaknya Sepatu Mahal
4. Pamer Gadget Terbaru
Waktu iPhone terbaru dirilis, langsung antri. Laptop keluaran terbaru diumumkan, langsung masuk wish list. Orang kaya juga suka teknologi, tapi mereka lebih mikir: “Apakah saya memang butuh atau cuma kepingin?”
Kalau belum rusak, ya dipakai terus. Kebanyakan orang yang jago investasi bahkan lebih suka membeli produk investasi atau saham daripada beli gadget. Goals banget, kan?
5. Spill Gajinya ke Semua Orang
Bunda punya teman yang suka spill soal kenaikan gajinya, atau berapa bonus yang dia terima sehabis performance review? Hm... bukannya itu rahasia ya? Orang yang aslinya kaya pasti tidak pernah mengumbar penghasilannya. Mereka paham, yang penting saldo rekening nambah, bukan jumlah yang mereka gembar-gemborkan.
Lagi pula, umbar-umbar gaji sering kali tanda bahwa seseorang butuh validasi. Kalau kamu happy dengan penghasilanmu, cukup disyukuri, tidak perlu diumbar ke semua orang.
6. Rumah Besar yang Bikin Stres
Rumah besar memang terlihat “wah”. Tetapi di balik itu, ada cicilan, tagihan listrik, biaya maintenance, dan pajak bumi dan bangunan yang lumayan jumlahnya. Orang kaya beneran sering kali tinggal di rumah yang nyaman, fungsional, tapi tidak harus supermegah.
Contohnya investor Amerika Warren Buffett, yang masih tinggal di rumah yang dia beli di tahun 1950-an! Karena bagi dia, rumah itu tempat tinggal, bukan ajang pamer.
Baca juga: 44% Perempuan dan Remaja Perempuan Terinfeksi HIV di Seluruh Dunia
7. Travelling ke Dalam dan Luar Negeri
Ini juga sering sekali terlihat di medsos, bagaimana teman-teman kita sharing foto saat travelling ke berbagai tempat di dalam dan luar negeri. Nggak salah, sih. Tetapi kalau setelah pulang dari liburan malah kerepotan membayar tagihan kartu kredit, ironis kan?
Orang kaya juga menikmati pengalaman mewah, tetapi tidak merasa harus flexing di media sosial. Mereka menikmati untuk diri sendiri, bukan buat validasi sosial.
Intinya, bukan berarti Bunda tidak boleh menikmati hal-hal di atas, ya! Tapi coba tanya pada diri sendiri: “Aku membeli ini untuk kenyamanan dan kebahagiaan diri sendiri atau supaya dipuji orang lain?”
Kalau jawabannya yang kedua, lebih baik pikirkan ulang. Karena kalangan old money biasanya lebih fokus ke ketenangan, investasi jangka panjang, dan financial freedom, bukan ke validasi sesaat.
Lagipula, mengurangi flexing hal-hal yang tidak penting bikin hidup jauh lebih ringan. Uang bisa dipakai untuk hal-hal yang lebih meaningful. Dan, pssst… nggak bakal ada yang utang atau pinjam uang sama kamu!